KONSEP PEMBELAJARAN DAN BEBERAPA PENDEKATAN YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
A.
Pengertian Konsep Pembelajaran IPA SD
Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ ide yang relative
sempurna dan bermakna, selain itu konsep juga merupakan suatu pengertian
tentang suatu objek, Dari Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa konsep
merupakan abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori
atau kelas dari suatu entitas, kejadian
atau hubungan.
Sedangkan pembelajaran menurut Sudjana merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo, pembelajaran adalah usaha untuk
menciptakan system lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.
Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik,
sehingga terjadi proses belajar. Yang di maksud lingkungan di sini adalah ruang
belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboraturium, dan sebagainya yang
relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Biggs membagi
konsep pembelajaran dalam kegita pengertian yaitu :
1. Pengertian kuantitaif
Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut
menguasai ilmu yang disampaikan kepada siswa, sehingga memberikan hasil yang
optimal.
2. Pengertian institusional
Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru
selalu harus siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.
3. Pengertian kualitatif
Upaya
guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif
dan efisien. Kesimpulannya, pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan
sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan system lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang
optimal.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, konsep
pembelajaran adalah gagasan sempurna dan bermakna yang digunakan dalam upaya
sadar sehingga terjadi proses belajar untuk menciptakan system lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar.
B.
Beberapa Pendekatan yang Digunakan dalam Pembelajaran IPA SD
1.
Pengertian Pendekatan
Menurut DR. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Drs. Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam
bukunya Evaluasi Pembelajaran,
pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi,
relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan
metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan juga bisa diartikan suatu
jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk
mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses
pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola.
Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat
siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. Sesuai
dengan tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar.
Dari pendapat-pendapat diatas disimpulkan bahwa pendekatan adalah
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran baik aktivitas kajian,
interaksi dan relasi dengan individu atau kelompok melalui penggunaan
metode-metode tertentu secara efektif.
2.
Beberapa Pendekatan yang Digunakan dalam Pembelajaran IPA SD
a)
Pendekatan Keterampilan Proses Dalam IPA SD
Pendekatan keterampilan proses IPA adalah pembelajaran yang
dianjurkan didalam mengajar IPA. Keterampilan-keterampilan proses IPA
dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip IPA. Keterampilan proses IPA yang dikembangkan pada anak SD
merupakan modifikasi dari keterampilan proses IPA yang dimilki para ilmuwan
sebab disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan materi yang diajarkan.
Keterampilan proses IPA merupakan pendekatan yang ditempuh para
ilmuwan dalam usaha mereka memecahkan misteri-misteri di dalam alam.
Aspek-aspek keterampilan dalam proses IPA adalah :
§ Pengamatan
§ Pengklasifikasian
§ Pengukuran
§ Pengidentifikasian dan pengendalian variable
§ Perumusan hipotesa
§ Perancangan eksperimen
§ Penyimpulan hasil eksperimen
§ Pengkomunikasian hasil eksperimen
Apa yang anda berikan dalam pelajaran IPA dan bagaimana anda
melaksanakan pembelajarannya sangat tergantung kepada pandangan anda tentang
IPA dan pemahaman anda tentang anak-anak. Pendekatan keterampilan-keterampilan
proses IPA memberikan kepada murid-murid untuk melakukan dan menemukan sendiri.
Jika anda memberitahu tentang fakta-fakta baik melalui ceramah maupun bacaan,
maka anda tidak memberi kesempatan kepada murid-murid untuk “merasakan” Ilmu
Pengetahuan Alam. Adalah sangat mudah untuk memberitahu murid bahwa titik didih
air 100 derajat C atau titik bekunya 0 derajat C, tetapi akan lebih baik
hasilnya lagi murid-murid bila anda melatih mereka mengukur suhu air dengan
thermometer yang meruakan salah satu keterampilan proses IPA. Mereka
menemukansendiri bahwa air membeku pada suhu 0 derajat. Jika murid-murid sudah
terampil menggunakan thermometer yang sesuai.dengan kata lain keterampilan yang
dilatihkan dapat ditransfer untuk tugas-tugas lain yang ada kaitannya dengan
keterampilan tersebut. dan ini merupakan salah satu segi yang penting dalam
pembelajaran IPA dengan mempergunakan pendekatan keterampilan proses IPA. Keterampilan proses
tidak merupakan kepingan-kepingan pengetahuan seperti halnya kumpulan
fakta-fakta, tetapi merupakan keterampilan yang akan dimilikinya seumur hidup.
Contoh lain lagi misalnya memacu grafik adalah salah satu keterampilan. Grafik
penyajian data-data berupa gambar yang memungkinkan seseorang untuk
menginterprestasikan data-data tersebut dan menarik kesimpulan. Sekali
murid-murid meguasai keterampilan membuat grafik, maka ia akan dapat membuat
grafik dari berbagai ilmu, baik ilmu pengetahuan alam, pengetahuan social,
maupun matematika. Keterampilan ini dapat ditransfer kedalam disiplin ilmu yang
lain.
Singkatnya, pengembangan keterampilan proses IPA dalam diri
murid-murid adalah yang paling tepat didalam pembelajaran IPA.
Keterampilan-keterampilan proses IPA dapat ditransfer kedalam disiplin ilmu
yang lain dan keterampilan-keterampilan ini tidak mudah dilupakan. Pendekatan
keterampilan proses IPA memungkin kan murid-murid merasakan hakekat IPA serta
membuat mereka terampil melakukan kegiatan sains. Dengan demikian mereka
mempelajari juga fakta-fakta dan konsep-konsep IPA. Sebagai kesimpulan, dengan
mempergunakan pendekatan keterampilan proses IPA murid-murid mempelajari proses
IPA.
Catatan yang perlu diperhatikan adalah sebelum Anda mempergunakan
pendekatan keterampilan proses IPA dalam pembelajaran IPA, anda sendiri harus
benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan proses IPA adalah tujuan dari
bab ini, sekali anda menguasai keterampilan-keterampilan tersebut, anda dapat
melaksanakannya dengan mudah.
·
Pembelajaran Keterampilan
Proses IPA di SD
Oleh karena adanya perbedaan-perbedaan perkembangan kognitif pada
anak-anak usia Sekolah Dasar maka pembelajaran keterampilan proses IPA di
Sekolah Dasar ini akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah
pembelajaran keterampilan proses dasar yaitu mengamati, menginferensi,
mengukur, mengkomunikasi, mengklasifikasi, dan memprediksi. Bagian ini disusun
terutama bagi kelas-kelas awal atau kelas TK sampai dengan kelas 3, sedangkan
bagian kedua yang meliputi keterampilan proses IPA terpadu yang dimaksudkan
untuk kelas4 sampai kelas6. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah :
mengidentifikasi variable-variabel, membuat table dari data, membuat grafik,
menjelaskan hubungan antara variable-variabel, mengumpulkan dan memproses data,
menganalisa penyelidikan, merumuskan hipotesis, emmanipulasi variable-variabel,
merancang suatu eksperimen serta melaksanakan eksperimen.
·
Pembelajaran Keterampilan
Proses IPA di Kelas Rendah
Tidak ada hal baru didalam keterampilan proses IPA untuk kelas
rendah. Dasar penyajian materi dalam bagian ini adalah :
1. Kita sebagai guru IPA mempunyai keinginan dan kemampuan untuk mengajar
IPA lebih baik dari sebelumnya, untuk itu kita harus lebih cakap sebelum kita
mengambil langkah untuk mengajar anak-anak;
2. Bahan-bahan yang dipakai dalam keterampilan proses IPA dasar tidak
harus terbuat dari bahan-bahan mahal, sebab IPA dapat dipelajari dengan memakai
bahan-bahan sederhana, sering terjadi hal-hal biasa yang dijumpai anak-anak
dalam kehidupan mereka justru merangsang mereka untuk mengajukan pertanyaan,
yang membawa mereka kepada eksperimen yang berhasil;
Akhirnya materi IPA yang baru mengacu kepada perubahan metodologi
dan filosofi, hampir semua menekankan pengembangan keterampilan proses IPA
sebagai tujuan utama. Hal ini berarti murid-murid harus terlibat didalam
pembelajaran IPA secara aktif, dan bukan murid-murid belajar tentang IPA.
Tujuan penyajian materi pada bagian-bagian ini akan menolong anda
mengembangkan keterampilan-keterampilan IPA dasar (“Basic Science Skills”) sehingga kemudian anda terampil pula dalam
membuat rancangan kegiatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
tersebut. Ada enam keterampilan IPA dasar yaitu mengamati atau mengobservasi,
mengklasifikasi memprediksi, mengukur, membuat inferensi, mengkomunikasikan
hasil observasi atau hasil penyelidikan. Sebagai contoh didalam bagian ini
disajikan kegiatan-kegiatan untuk observasi.
Setiap bagian keterampilan mencakup (1) latar belakang, (2) Tujuan
khusus, (3) Kegiatan-kegiatan latihan yang dilengkapi dengan evaluasi diri, (4)
Tes Penguasaan Materi, (5) Usul-usul praktis yang dapat anda pakai didalam
kelas untuk mengembangkan keterampilan tersebut didalam diri murid-murid.
b)
Pendekatan Inkuari
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary kata inkuiri (“inquiry”)
berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan
inkuiri sebagai : pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari
snediri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Kuslan dan Stone ( dalam Dahar dan Liliasari, 1986 ) mendefinisikan
pendekatan inkuiri sebagai : pengajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Secara
operasional mereka menyatakan bahwa pendekatan inkuari mempunyai karakteristik
:
1.
Menggunakan
keterampilan-keterampilan proses IPA.
2.
Tidak ada keharusan untuk
menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu.
3.
Jawaban-jawaban yang dicari
tidak diketahui lebih dulu, dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku
petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran-saran untuk menentukan
jawaban, bukan memberi jawaban.
4.
Murid-murid bersemangat sekali
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
5.
Proses pembelajaran berpusat
pada pertanyaan-pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana kita mengetahui”, serta
“betulkah kesimpulan kita ini”.
6.
Suatu masalah ditemukan lalu
dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh
murid.
7.
Hipotesa dirumuskan oleh
murid-murid.
8.
Murid-murid mengusulkan
cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, pegadaan pengamatan, membaca
dan menggunakan sumber-sumber lain.
9.
Semua usul ini dinilai bersama,
bila ditentukan pula asumsi-asumsi, keterlibatan-keterlibatan dan
kesukaran-kesukaran.
10.
Murid-murid melakukan
penelitian, secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menguji hipotesa.
11.
Murid-murid mengolah data dan
mereka sampai kepada kesimpulan sementara, juga diusahakan untuk memberikan
penjelasan-penjelasan secara ilmiah.
c)
Pendekatan STM ( Sains
Teknologi Masyarakat )
Sains Teknologi Masyarakat adalah suatu kecenderungan baru didalam
pendidikan IPA (sains) yang mula-mula timbul di Inggris dan Amerika Serikat
yang kini meluas ke berbagai Negara. Definisi Sains Teknologi Masyarakat atau
“Science – Teknology – Society” menurut National Science Teachers Associations
(NSTA) yaitu persatuan guru-guru IPA di Amerika Serikat sebagai berikut : Sains
– Teknologi – Masyarakat adalah pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks
pengalamann manusia. Jadi Sains Teknologi Masyarakat atau STM adalah istilah
yang diberikan kepada usaha mutakhir untuk menyajikan konteks dunia nyata dalam
pendidikan sains dan pendalaman Sains. Dalam penyajian seperti ini pendidikan
sains menjadi lebih daripada sekedar kurikulum mengenai konsep dasar sains
(IPA) dan keterampilan proses, sebab STM melibatkan seluruh aspek pendidikan
sains (IPA) yaitu tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan
persiapan serta kinerja guru.
Dalam pendekatan STM murid-murid harus diikut sertakan dalam
penentuan tujuan. Prosedur perencanaan, dan dalam usaha mendapatkan informasi,
serta dalam mengevaluasi.
Pendekatan efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berangkat dari masalah-masalah, isu-isu social sebagai focus.
2. Pelaksanaan mencakup latihan keputusan memakai berbagai strategi.
3. Relevan dengan kebutuhan masyarakat dan murid.
4. Merupakan penerapan teknologi dan sains.dalam memecahkan masalah
ditekankan pada kerjasama.
5. Penekanan pada dimensi sains yang beraneka ragam
6. Evaluasi yang didasarkan kepada kemampuan untuk mendapat dan menggunakan
informasi ( Yager, 1990 )
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila sains (IPA) dipadukan dengan
mata pelajaran lainnya misalnya : Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kesenian dan
Matematika, maka konsep-konsep yang diperkenalkan kepada murid-murid aakann
dipelajari dengan lebih efektif. ( Gamberg dkk, dalam Carin, 1993 ) pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan dengan STM sudah merupakan paduan dari berbagai
bidang studi.
Pembelajaran sains mempergunakan pendekatan STM harus memenuhi
kriteria-kriteria dibawah ini :
Tujuan :
1. Meningkatkan keterampilan inkuari dan pemecahan masalah.
2. Menekankan cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
3. Menekankan sains (IPA) dalam keterpaduan antar dan inter bidang
studi.
Pembelajaran :
1. Menekankan keberhasilan murid
2. Mempergunakan berbagai strategi
3. Menggunakan sumber informasi, kerja lapangan, studi mandiri, serta
interaksi antar manusia secara optimal.
Guru :
1. Mempunyai pandangan yang luas tentang sains.
2. Mengajar dengan berbagai strategi baru dalam kelas sehingga mengerti
mengenai kecakapan, latar belakang dan minat siswa.
3. Memahami bahwa kadang-kadang guru sendiri tidak selalu berfungsi
sebagai sumber informasi.
Evaluasi :
1. Ada hubungan antara tujuan dengan produk dan proses belajar.
2. Perbedaan antara kecakapan dan kematangan serta latar belakang murid
juga diperhatikan.
3. Kualitas, efisiensi, dan keefektifan, serta fungsi program juga
dievaluasi.
4. Guru dalam usaha yang terus menerus membantu murid juga termasuk
yang dievaluasi.
( Wahyudin, dkk, 1990 ).
d)
Pendekatan konsep
Merupakan pendekatan yang menekankan pengenalan konsep-konsep sains.
Pengenalan konsep sains sangat perlu karena dibutuhkan dalam mengkomunikasikan
pengetahuan. Tanpa menggunakan pendekatan konsep dalam pembelajaran dapat
menyebabkan jalannya pembelajaran menjadi lamban. Apalagi di tingkat sekolah
dasar yang kemampuan berpikir siswanya masih relative rendah dan pengalaman dalam mengeksplorasi
alam juga belum begitu banyak. Contoh :
1. Tiap makhluk hidup memiliki ciri tertentu yang sesuai dengan
lingkungan hidupnya.
2. Jenis makanan hewan berhubungan dengan bentuk gigi yang dimilikinya.
3. Cara bergerak hewan berhubungan dengan keadaan kakinya.
4. Tumbuhan darat yang hidup di daerah yang banyak air memilki batang
yang berongga.
5. Tumbuhan yang hidup di daerah yang kering memiliki daun yang
berukuran kecil atau tidak ada sama sekali.
e)
Pendekatan Discovery /
Penemuan Terbimbing
Merupakan pendekatan dimana siswa di arahkan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah
menemukan sendiri pengetahuan tersebut. dalam Pendekatan penemuan kegiatan
pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep,
prinsip, hokum atau pun teori mentalnya sendiri. Artinya siswa tidak diberi
konsep, prinsip, hokum maupun teori yang jadi tetapi mereka diarahkan untuk
“menemukan” sendiri konsep, prinsip, hokum maupun teori yang dikaji.
f)
Pendekatan History
Merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada sejarah bagaimana
ditemukan atau dihasilkannya suatu pengetahuan.
Contoh : siswa mengembangkan pikirannya untuk mengetahui lebih jauh
tentang apa yang telah dilakukan ilmuwan terdahulu, dan siswa dapat mengambil
teladan tentang keuletan dan ketekunan dari ilmuwan dalam melakukan penelitian
dan adanya keinginan untuk maju walaupun banyak rintangan dan hambatan dalam
hidupnya.
g)
Pendekatan Lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan daalm
suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk
memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering
digunakan pendekatan lingkungan/sebagai contoh untuk memahami interaksi antar
organisme, dengan mengambil contoh kejadian nyata di sekeliling, siswa dapat
lebih memahami arti interaksi tersebut.
Dalam proses pembelajarannya tidak selalu siswa diajak ke
lingkungan, karena dengan menggunakan pendekatan lingkungan dapat saja guru
memberi informasi yang dikaitkan dengan lingkungan, terutama lingkungan sekitar.
Misalnya guru tersebut akan menggunakan metode ceramah, maka
ceramahnya mungkin akan dimulai dengan menjelaskan apa-apa yang ada di halaman
sekolah. Misalnya, tentang sekolah yang bising, bau yang berasal dari tumpukan
sampah, dan air selokan yang berwarna hitam dan berbau.
h)
Pendekatan Faktual
Pendekatan ini menekankan penemuan fakta-fakta dalam IPA, contoh
informasi yang didapatkan murid dengan pendekatan ini, misalnya ular termasuk
golongan reptile, merkurius adalah planet yang terdekat dengan matahari. Metode
yang digunakan dalam pendekatan ini adalah membaca, mengulang, melatih, dan
lain-lain. Pada dasarnya pembelajaran IPA dengan pendekatan ini akan
menimbulkan kebosanan pada diri murid-murid dan tidak memberikan gambaran yang
benar tentang IPA.
C.
TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA SD
1.
Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan
alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan rasa ingin tahu.
3.
Sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4.
Mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran untuk
berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.
Memperoleh bekal pengetahuan,
konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP /
MT.
7.
Murid-murid setelah lulus
sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk mengambil keputusan-keputusan
tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan mengambil tindakan sebagai akibat menekankan pentingnya sains dan teknologi
8.
Menekankan cara belajar
menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
D.
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA SD
1.
Kelebihan
·
Strategi ( model atau siasat )
pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru
kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik, tetapi proses mentalnya
berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan
informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi
dengan kadar proses mental yang lebih tinggi atau lebih banyak.
·
Pengajaran berubah dari teacher
centered menjadi student centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya
kegiatan belajar siswa, tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan
kebebasan belajar kepada siswa.
·
Mendorong siswa untuk berpikir
dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
·
Mendorong siswa untuk berpikir
intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
2.
Kekurangan
·
Memerlukan perubahan kebiasaan
cara berpikir siswa yang menerima informasi dari guru secara apa adanya, kalau
guru tidak ada tidak belajar, kearah membiasakan belajar mandiri dan
berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan
bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun
dilakukan.
·
Guru juga dituntut mengubah
kebiasaan mengajarnya yang umumnya
sebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator,
dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun merupakan pekerjaan yang tidak
gampang karena pada umumnya guru belum mengajar dan belum puas kalau tidak
banyak menyajikan informasi (ceramah).
·
Pendekatan-pendekatan diatas
banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, tetapi kebiasaan itu
tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan baik dalam arti
mengerjakannya dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah.
Referensi
Amri, Sofan.
2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran
dalam Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Haris, Abdul dan
Jihad, Asep. 2013. Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta : Multi Pressindo.
Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Indonesia.
Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
thanks.. berguna bgt
BalasHapusthanks.. berguna bgt
BalasHapus