Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Masalah-Masalah Belajar”. Makalah
ini berisikan tentang informasi bagaimana masalah- masalah yang dihadapi siswa
baik masalah internal belajar maupun masalah eksternal belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Samarinda,
30 Oktober 2014
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar……………………………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah…………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masalah-Masalah Belajar Siswa………………………………………… 2
2.1.1
Faktor Internal Masalah Belajar………………………………….. 2
2.1.2 Faktor Eksternal Masalah Belajar………………………………… 8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan……………………………………………………………..…. 12
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. … 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberhasilan
proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru
dan siswa. Artinya apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang
pembelajaran, memilih dan menentukan materi, Pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran, memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk
mencapai keberhasilan siswa. Meskupun guru secara bersungguh-sungguh telah
berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun
masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai oleh guru. Hal ini merupakan
pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis sehingga guru perlu
secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di
kelas.
Agar aktivitas-aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih terarah, dan guru dapat memahami
persoalan-persoalan belajar yang seringkali atau pada umumnya terjadi pada
kebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas pembelajaran, maka akan lebih
baik bilamana guru memilki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar.
Pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi
berbagai kemungkinan munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran. Dengan pemhaman itu pula guru dapat menentukan solusi tindakan
yang dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Memahami pentingnya hal ini, maka pada bagian ini Anda akan
diajak untuk mengkaji secara kritis dan lebih dalam masalah-masalah belajar.
Agar memperoleh pemahaman yang baik,maka disamping mengikuti pembahasan
bertatap muka di kelas, Anda juga diharapkan untuk dapat lebih mendalaminya
melalui aktivitas diskusi pada sesame teman, atau mengkaji sendiri.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
masalah-masalah dalam belajar?
2.
Apa saja faktor internal
menjadi penyebab masalah-masalah belajar?
3.
Apa saja faktor eksternal
menjadi penyebab masalah-masalah belajar?
1.3
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Mengetahui apa yang dimaksud
masalah-masalah belajar.
2.
Mengetahui apa saja bagaimana
faktor internal menjadi penyebab masalah-masalah belajar siswa.
3.
Mengetahui apa saja faktor
eksternal menjadi penyebab masalah-masalah belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Masalah – Masalah Belajar
Tugas
utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru
bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar. Dalam kegiatan belajar –
mengajar di sekolah ditemukan hal – hal berikut. Guru telah mengajar dengan
baik. Ada siswa belajar giat. Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar
setengah hati. Bahkan ada pula siswa yang tidak belajar. Guru bingung menghadapi
keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan konselor sekolah. Kedua
petugas pendidikan tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dialami
siswa. Ada masalah yang dapat dipecahkan oleh konselor sekolah. Ada pula
masalah yang harus dikonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa
dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar yang dialami oleh
siswa. Bahkan guru memahami bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi
sumber timbulnya masalah-masalah belajar.
Guru
professional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia
menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar. Ada
siswa yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa yang enggan
belajar karena pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian
waktu guru mengajar topic tertentu. Ada pula siswa yang giat belajar karena ia
bercita-cita menjadi seorang ahli. Bermacam-macam keadaan siswa tersebut
menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal
yang sangat penting bagi guru dan calon guru.
2.1.1 Faktor-Faktor Internal Belajar
Dalam
interaksi belajar-mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh
siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas
psikis berkaitan dengan bahan belajar.
Aktivitas
mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari
tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung
pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka
dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan
belajarnya mudah, dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan
waktu singkat. Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu
proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar juga dapat diketahui oleh guru dari
perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh
guru dan aktivitas belajar suatu dapat diamati oleh guru.
Proses
belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah
secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak
belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang
berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut.
1.
Ciri Khas/Karakteristik Siswa
Persoalan intern
pembelajaran berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa, baik fisik maupun
mental. Berkaitan dengan aspek-aspek fisik tentu akan relative lebih mudah
diamati dan dipahami, dibandingkan dengan dimensi-dimensi mental dan emosional.
Sementara dalam kenyataannya, persoalan-persoalan pembelajaran lebih banyak dengan dimensi mental atau emosional.
Masalah-masalah
belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada umumnya
berkenaan dengan minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman. Bilamana siswa
memiliki minat yang tinggi untuk belajar, maka ia akan berupaya mempersiapkan
hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari dengan lebih baik. Hal
ini misalnya dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran,
mempersiapkan buku, alat-alat tulis, atau hal-hal lain yang diperlukan. Namun
bilamana siswa tidak memilki minat untuk
belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapannya untuk belajar.
Misalnya kurang peduli apakah ia membawa buku pelajaran atau tidak, tersedia
tidaknya alat-alat tulis, apalagi mempersiapkan materi yang perlu untuk
mendukung pemahaman materi-materi baru yang akan dipelajari. Demikian juga
pengalaman siswa juga turut menentukan muncul tidaknya masalah belajar sebelum
kegiatan belajar dimulai. Siswa-siswa yang memilki latar pengalaman yang baik
yang mendukung materi pelajaran yang akan dipelajari, tidak memilki banyak
masalah sebelum belajar dan dalam proses belajar selanjutnya. Namun bagi siswa
yang kurang memiliki pengalaman yang terkait dengan mata pelajaran atau materi yang
akan dipelajari akan menghadapi masalah dalam belajar, terutama berkaitan
dengan kesiapannya untuk belajar.
2.
Sikap terhadap Belajar
Sikap merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar.
Meskipun demikian, siswa dapat menolak, menerima, atau mengabaikan kesempatan
belajar tersebut. sebagai ilustrasi, seorang siswa yang tidak lulus ujian
matematika menolak ikut ulangan dikelas lain. Siswa tersebut bersikap menolak ulangan
karena ujian ulang di kelas lain. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan
suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan,
penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada
perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak
akibat sikap terhadap belajar.
3.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar
merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk
mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar
dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar
akan Nampak melalui kesungguhan untuk terlibat didalam proses belajar, antara
lain Nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan
pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan
latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Di dalam
aktivitas belajar sendiri, motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk
ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi
pelajaran, kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya.
Sebaliknya siswa-siswa yang tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang
mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam
mengerjakan tugas. Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini semakin
nampak ketika tidak ada orang lain(guru, orang tua) yang mengawasinya. Oleh
karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah belajar, karena hal ini
memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.
4.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang sering kali tidak begitu
mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar.
Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui aktivitas seseorang
belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya individu sedang pikirkan.
Sebagai contoh, ketika dihadapan siswa terdapat sebuah buku yang sedang
terbuka, dan terlihat sepintas siswa seperti sedang mengamati atau membaca buku
tersebut. akan tetapi benarkan siswa tersebut sedang memusatkan perhatian
(berkonsentrasi) terhadap isi buku yang dihadapannya?. Tentu perlu diperiksa,
diteliti dan dipahami untuk menyimpulkannya. Ketika guru menjelaskan pelajaran,
dan sepintas terlihat siswa-siswa di kelas tersebut memperhatikan apa yang
dijelaskan oleh guru. Dapatkah guru mejamin bahwa semua siswa sedang berkonsentrasi
dengan apa yang Ia jelaskan?. Bilamana menurut keyakinan guru siswa
berkonsentrasi terhadap pelajaran yang dijelaskannya, maka umumnya guru merasa
yakin pula bahwa siswa-siswa dapat memahami dengan baik. Bagaimana jika yang
terjadi tidak seperti yang diduga guru, karena ternyata separuh siswanya hanya
diam, akan tetapi tidak berkonsentrasi dengan pelajaran yang disajikan guru?.
hal-hal seperti ini layak dikaji secara cermat agar guru dapat memahami kondisi
siswa sesungguhnya.
Kesulitan
berkonsentrasi merupakan indicator adanya msalah belajar yang dihadapi siswa,
karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru. Akan
tetapi dengan bimbingan, perhatian serta bekal kecakapan yang dimiliki guru,
maka secara bertahap hal ini akan dapat dilakukan.
5.
Mengolah Hasil Belajar
Mengolah bahan
belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah
informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna. Dalam kajian
konstruktivisme mengolah bahan belajar atau mengolah informasi merupakan
kemampuan penting agar seseorang dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri
berdasarkan informasi yang telah ia dapatkan. Dalam proses pembelajaran, makna
yang dihasilkan dari proses pengolah pesan merupakan hasil bentukan siswa
sendiri yang bersumber dari apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan alami.
Secara substansial, belajar bukanlah aktivitas pengembangan pemikiran-pemikiran
baru. Dalam keadaan ini, maka kemampuan siswa mengolah bahan belajar merupakan
kemampuan yang harus terus didorong dan dikembangkan agar siswa semakin mampu
mencapai makna belajar dan akan semakin mengarah pada perkembangan serta
kemampuan berpikir yang sangat berguna untuk menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan baru.
Bilamana dalam
proses belajar siswa mengalami kesulitan didalam mengolah pesan, maka berarti
ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru.
Bantuan guru tersebut hendaknya dapat membantu siswa agar memilki kemampuan
sendiri untuk terus mengolah bahan belajar, karena konstruksi merupakan suatu
proses yang berlangsung secara dinamis.
6.
Menggali Hasil Belajar
Dalam kegiatan
pembelajaran kita sering mendengar bahkan mengalami sendiri di mana kita
mengalami kesulitan menggali kembali hasil belajar yang sebelumnya sudah kita
temukan atau kita ketahui. Pesan yang sudah kita terima secara tidak otomatis
dapat kita panggil kembali, karena di dalam mekanisme kerja otak ada suatu
proses yang dilalui untuk dapat menggali kembali pesan-pesan yang telah
diterima dan disimpan sebelumnya. Suatu proses mengaktifkan kembali pesan-pesan
yang telah tersimpan dinamakan menggali hasil belajar. Kesulitan didalam proses
menggali kembali pesan-pesan lama merupakan kendala di dalam proses
pembelajaran karena siswa akan mengalami kesulitan untuk mengolah pesan-pesan
baru yang memiliki keterkaitan dengan pesan-pesan lama yang telah diterima
sebelumnya.
Dalam proses
pembelajaran guru hendaknya berupaya untuk mengaktifkan siswa melalui pemberian
tugas, latihan-latihan menggunakan cara kerja tertentu, rumus, latihan-latihan
agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya di dalam mengolah pesan-pesan
pembelajaran.
7.
Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri
merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap
aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada
umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu
aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan
sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan. Itulah sebabnya maka di dalam
proses pendidikan dan pembelajaran, baik di lingkungan rumah tangga, maupun
sekolah, orang tua atau guru terhadap anak. Mendidik dengan memberikan
penghargaan atau pujian jauh lebih baik daripada mendidik dengan mencemooh dan
mencela. Bilamana orang tua ataupun guru berupaya untuk mendidik anak dengan
pujian atau penghargaan maka anak akan tumbuh dengan percaya diri. Namun
bilamana mereka dididik dengan celaan dan cemoohan maka ada kecenderungan anak
menyesali diri dan merasa bersalah. Akibatnya anak-anak tidak memiliki kemampuan
mengeksplorasi kemampuannya dan tidak memilki keberanian yang cukup untuk
melakukan sesuatu, terlebih lagi bilamana sesuatu itu adalah hal-hal baru yang
belum pernah ia lakukan.
Bilamana siswa
sering mencapai keberhasilan di dalam melaksanakan tugas, di dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan apalagi diiringi adanya pengakuan umum atas
keberhasilan yang dicapai maka rasa percaya diri siswa akan semakin kuat.
Sebaliknya bilamana kegagalan lebih sering dialami, terlebih lagi diiringi
dengan penyesalan dan celaan dari lingkungan, maka siswa semakin merasa tidak
percaya diri, bahkan dapat menimbulkan rasa takut belajar atau membenci
pelajaran tertentu. Pendekatan-pendekatan emosional guru kepada siswa menjadi
sangat penting dalam proses pembelajaran agar keberanian siswa dapat tumbuh
dengan baik. Guru juga perlu memberikan pemahaman kepada siswa bahwa sukses dan
gagal melakukan sesuatu adalah dua hal yang dialami setiap orang dalam proses
pembelajaran. Hal-hal semacam ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses
belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru
bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
8.
Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar
seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relative lama sehingga
memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. Ada beberapa
perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita
jumpai pada sejumlah siswa, seperti;
a.
Belajar tidak teratur
b.
Daya tahan belajar rendah
(belajar secara tergesa-gesa)
c.
Belajar bilamana menjelang
ulangan atau ujian
d.
Tidak memilki catatan pelajaran
yang lengkap
e.
Tidak terbiasa membuat
ringkasan
f.
Tidak memilki motivasi untuk
memperkaya materi pelajaran
g.
Senang menjiplak pekerjaan
teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas
h.
Sering datang terlambat
i.
Melakukan kebiasaan-kebiasaan
buruk (misalnya merokok)
Jenis-jenis
kegiatan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak
baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan pada gilirannya dapat
meyebabkan rendahnya hasil belajar diperoleh.
Sejalan dengan
pandangan di atas, Misunita (2008) mengemukakan bahwa kesukaran belajar dapat
dikelompokkan berdasarkan tahapan-tahapan dalam pengolahan informasi, yaitu;
1). Input; Kesukaran belajar pada kategori
ini berkaitan dengan masalah penerimaan informasi melalui alat indera, misalnya
persepsi visual dan auditory. Kesukaran dalam persepsi visual dapat menyebabkan
masalah dalam mengenali bentuk, posisi atau objek yang dilihatnya.
2). Integration; Kesukaran tahap ini
berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan masalah dalam kategori ini
berkaitan dengan short-term memori yang membuat seseorang mengalami kesulitan
dalam mempelajari kesukaran dalam memori visual mempengaruhi proses belajar
dalam mengeja.
3). Storage; tahap ini berkaitan dengan
memori/ingatan. Kebanyakan masalah dalam kategori ini berkaitan dengan
short-term memori yang membuat seseorang mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi tanpa banyak pengulangan. Misalnya kesukaran dalam memori visual
mempenngaruhi proses belajar dalam mengeja.
4). Output; Informasi yang telah diproses
oleh otak akan muncul dalam bentuk respon melalui kata-kata, yaitu output
bahasa, aktivitass otot, misalnya menulis, atau menggambar. Kesulitan dalam
output bahasa mengakibatkan masalah dalam bahasa lisan, misalnya menjawab
pertanyaan yang diharapkan dimana seseorang harus menyampaikan kembali
informassi yang disimpan, mengorganisasikan bentuk pikirannya dalam bentuk
kata-kata. Hal yang serupa juga terjadi bila masalah menyangkut bahasa tulis.
Kesulitan dalam kemampuan motoric menyangkut kemampuan motoric kasar maupun
halus.
Untuk dapat
memahami kesulitan atau kesukaran belajar, hendaknya guru dan orang tua
memahami dengan baik makna kesukaran belajar itu sendiri. Dari beberapa sumber
dijelaskan pengertian kesukaran belajar:
a)
Kesukaran belajar adalah
sekelompok disorder yang mempengaruhi beberapa kemampuan akademis dan
fungsional termasuk kemampuan untuk berbicara, mendengarkan, membaca, menulis,
mengeja, reason, mengorganisasikan informasi. Kesukaran belajar bukanlah
indicator dari rendahnya intelegensi seseorang. Seseorang dengan kesukaran
belajar terkadang sulit untuk mencapai tingkat intelektual sesungguhnya karena
kelemahan dalam satu atau lebih proses informasi otak.
b)
Istilah kesukaran belajar
diberikan kepada siswa-siswa yang tidak mampu membuat peningkatan kemampuan
yang berarti dalam menghadapi kurikulum sekolah, utamanya dalam kemampuan dasar
seperti bahasa, sastra, dan matematika. Masalah-masalah yang mereka alami bisa
terjadi hanya pada salah satu mata pelajaran namun dapat juga terjadi pada
seluruh mata pelajaran dalam kurikulum sekolah. Karena berbagai alasan,
siswa-siswa tersebut tidak mampu mengikuti pelajaran dengan mudah.
c)
Kesukaran belajar sebagai
gangguan pada satu atau lebih proses dasar psikologis termasuk dalam memahami
atau menggunakan bahasa tulis dan lisan, yang mana tampak dalam kemampuan
menyimak, berpikir, berbicara, membaca, mengeja dan menyelesaikan hitungan
matematis. Adapun yang termasuk dalam kesukaran pealajaran adalah perseptual
disabilities, kerusakan otak, minimal brain dysfunction, dyslexia, dan aphasia.
Masalah-masalah belajar yang berdasar dari visual, hearing, dan motoric
disabilities, reterdasi mental, dan environmental, cultural, dan economic
disadvantage tidak termasuk dalam kelompok ini.
d)
Kesukaran belajar merujuk pada
beberapa gangguan yang berdampak pada proses akuisisi, organisasi. Retensi,
memahami penggunaan informasi secara verbal maupun non verbal.
2.1.2 Faktor-Faktor
Eksternal Belajar
Keberhasilan
belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga turut
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor
yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan
hasil belajar yang dicapai siswa.
Pada berbagai
kegiatan pembelajaran lain kita dapat melihat berbagai contoh nyata, tidak
sedikit siswa yang sebelumnya diketahui memilki hasil belajar yang relative
rendah, akan tetapi karena guru mampu merencanakan kagiatan belajar dengan
baik, menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yan tepat, serta
menerapkan Pendekatan-pendekatan bimbingan belajar yang sesuai dengan kondisi
siswa, ternyata mamapu merubah hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih
baik. Karena itu kita dapat memahami bahwa hasil belajar di samping ditentukan
oleh faktor intern, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern. Faktor-faktor
ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah:
1.
Faktor Guru
Dalam proses
pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting, meskipun di tengah
pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah dunia pendidikan. Dalam
berbagai kajian diungkapkan bahwa secara umum sesungguhnya tugas dan tanggung
jawab guru mencakup aspek yang luas, lebih dari sekedar melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Parkey (1990: 3), mengemukakan bahwa guru tidak hanya
sekedar sebagai guru di depan kelas, akan tetapi juga sebagai bagian dari
organisasi yang turut serta menentukan kemajuan sekolah bahkan di masyarakat.
Dalam ruang
lingkup tugasnya, guru dituntut untuk memilki sejumlah keterampilan terkait
dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya. Bila disimpulkan dari pendapat maka
kita dapat menemukan beberapa faktor yang menyebabkan semakin tingginya
tuntutan terhadap keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai dan dimilki
oleh guru.
Ø Faktor pertama adalah karena cepatnya perkembangan dan perubahan
yang terjadi saat ini terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi.
Implikasi bagi guru adalah di mana guru harus memilki keterampilan-keterampilan
yang cukup untuk memilih topic, aktivitas dan cara kerja dari berbagai
kemungkinan yang ada. Guru-guru juga harus mengembangkan strategi pembelajaran
yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa
untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan sebagai anggota
kelompok.
Ø Faktor kedua adalah terjadinya perubahan padangan di dalam
masyarakat yang memilki implikasi pada upaya-upaya pengembangan Pendekatan
terhadap siswa. Sebagai contoh banyak guru yang memberikan motivasi seperti
mendorong anak-anak bekerja keras di sekolah agar nanti mereka memperoleh suatu
pekerjaan yang baik, tidak lagi menarik bagi mereka. Dalam konteks ini gagasan
tentang keterampilan mengajar yang hanya menekankan transmisi pengetahuan dapat
menjadi suatu gagasan yang miskin dan tidak menarik.
Ø Faktor ketiga adalah perkembangan teknologi baru yang mampu
menyajikan berbagai informasi yang lebih cepat dan menarik. Perkembangan-perkembangan
ini menguji fleksibilitas dan adaptabilitas guru untuk memodifikasi gaya
mengajar mereka dalam mengakomodasi sekurang-kurangnya sebagian dari
perkembangan baru tersebut yang memiliki suatu potensi untuk meningkatkan
proses pembelajaran.
2. Lingkungan
Sosial (termasuk teman sebaya)
Sebagai makhluk
social maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari interaksi
lingkungan, terutama sekali teman-teman sebaya disekolah. Dalam kajian
sosiologi, sekolah merupakan sistem sosial dimana diaman setiap orang yang ada
didalamnya terikat oleh norma-norma dan aturan-aturan sekolah yang disepakati
sebagai pedoman untuk mewujudkan ketertiban pada lembaga pendidikan tersebut.
Disamping peraturan formal sekolah, para siswa biasanya juga memiliki
norma-norma dan aturan-aturan yang lebih spesifik sebagai suatu konsensus
bersama untuk ditaati oleh anggota kelompok masing-masing.
Lingkungan sosial
dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negative
terhadap siswa. Ilustrasi berupa contoh seoran siswa bernama Rudi yang
diungkapkan pada awal bagian ini merupakan salah satu bantuk lingkungan sosial
berupa teman sebaya yang membawa rudi terpengaruh dengan kebiasaan
rekan-rekannya sehingga mendatangkan dampak negative terhadap proses dan hasil belajar
yang ia peroleh. Banyak contoh lain berupa lingkungan sosial yang tidak
menguntungkan perkembangan siswa dan member pengaruh negative terhadap kegiatan
belajar siswa. Tidak sedikit siswa yang sebelumnya rajin pergi ke sekolah,
aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, kemudian berubah menjadi siswa yang
malas, tidak disiplin dan menunjukkan perilaku buruk dalam belajar. Hal-hal
seperti diungkapkan diatas dapat menjadi factor yang menimbulkan masalah pada
siswa dalam belajar.
Pada sisi lain,
lingkungan sosial tentu juga dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa.
Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh
teman sebaya yang mampu memberikan motovasi kepadanya untuk belajar. Demikian
pula banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena teman-teman sekoalah
memiliki sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau interaksi
sehari-hari.
3. Kurikulum Sekolah
Dalam rangkaian
proses pembelajaran disekolah, kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru
sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh
aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan
materi pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode, memilih dan
menentukan media pembelajaran, menentukan teknik evaluasi, kesemuanya harus
berpedoman pada kurikulum.
Karena kurikulum
disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan masyarakat, sementara
perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang harus terjadi, maka kurikulum juga
harus mengalami perubahan. Oleh sebab itu sesungguhnya perubahan kurikulum
adalah suatu keniscayaan. Sebab bilamana kurikulum tidak mengalami penyesuaian
dan perubahan sementara kehidupan sosial, teknologi dan dimensi-dimensi
kehidupan lainnya terus mengalami perubahan, maka dipastikan kurikulum tidak
akan mampu memenuhi tuntutan perubahan. Hal itu juga berarti bahwa segala
sesuatu yang diajarkan disekolah, akan tertinggal dengan tuntutan perubahan
yang terjadi.
Perubahan
kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi bilamana dalam
kurun waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali perubahan.
Masalah-masalah itu adalah; (a) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah.
Bilamana tujuan berubah, berarti pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar,
evaluasi juga akan berubah, dan dengan demikian kegiatan belajar mengajar
paling tidak harus disesuaikan, (b) isi pendidikan berubah; akibatnya buku-buku
pelajaran, buku-buku bacaan, dan sumber-sumber lainnya akan berubah. Hal ini
tentunya akan berakibat perubahan anggaran pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, demikian pula beban orang tua siswa, (c) kegiatan belajr mengajar
berubah; akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan
pendekatan mengajar yang baru. Bilamana pendekatan belajar berubah, maka
kebiasaan belajar siswa juga perlu dilakukan perubahan atau sekurangnya
penyesuaian yang mungkin memerlukan waktu untuk proses penyesuaian, (d)
evaluasi berubah; akibatnya guru harus mempelajari metode dan teknik evaluasi
belajar yang baru. Bilamana teknik dan metode evaluasi guru mengalami
perubahan, maka siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan
tuntutan tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 242). Hal ini semua akan
berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
4. Sarana dan Prasarana
Prasarana dan
sarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan
baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan
laboratorium, tersedianya biki-buku pelajaran, media/alat bantu balajar
merupakan komponen-komponen penting yang dapat mendukung terwujudnya
kegiatan-kegiatan belajar siswa. Dari dimensi guru ketersediaan prasarana dan
sarana pembelajaran akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Disamping itu juga akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran
yang efektif, karena guru dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran dalam
memperjelas materi pelajaran serta kelancaran kegiatan belajar lainnya.
Sedangkan dari dimensi siswa, ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran
berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih kondusif,
terjadinya kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber
belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Bandingkan dengan keadaan gedung
sekolah dan ruang kelas yang tidak tertata dengan baik, sumber-sumber belajar
sangat terbatas, perpustakaan sekolah tidak dilengkapi dengan berbagai
referensi, buku-buku pelajaran tidak lengkap, media pembelajaran tidak
tersedia, kesemuanya ini tentu akan berdampak terhadap iklim pembelajaran serta
motivasi balajar siswa. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian
penting untuk dicermati dalam upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran
yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Keberhasilan
proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru
dan siswa. Artinya apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang
pembelajaran, memilih dan menentukan materi, Pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran, memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk
mencapai keberhasilan siswa. Meskupun guru secara bersungguh-sungguh telah
berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun
masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai oleh guru. Hal ini merupakan
pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis sehingga guru perlu
secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di
kelas. Pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi
berbagai kemungkinan munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran. Dengan pemhaman itu pula guru dapat menentukan solusi tindakan
yang dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Masalah belajar itu sendiri memiliki 2
faktor, yaitu factor internal dan factor eksternal. Pada factor internal proses belajar merupakan
hal yang kompleks dan factor ini dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswalah
yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar
siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh
pada proses belajar, yaitu seperti:
1)
Karakteristik Siswa
2)
Sikap terhadap Belajar
3)
Motivasi Belajar
4)
Konsentrasi Belajar
5)
Mengolah dan Menggali Hasil Belajar
6)
Rasa Percaya Diri
7)
Kebiasaan Belajar
Dan pada factor eksternal belajar adalah segala
faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas
dan hasil belajar yang dicapai siswa. Jadi hasil belajar siswa di samping
ditentukan oleh faktor intern, juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern.
Faktor-faktor ekstern yang
mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain, yaitu:
1)
Faktor Guru
2)
Faktor Lingkungan Sosial
termasuk Teman Sebaya
3)
Faktor Kurikulum Sekolah
4)
Faktor Sarana dan Prasarana
3.2
Saran
Dalam
masalah-masalah belajar pada siswa guru atau calon guru harus dapat memahami
bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya
masalah-masalah belajar. Guru atau calon guru dapat memotivasi belajar siswa
dengan menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi
yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan
belajar dan hasil belajar yang diharapkan. Guru atau calon guru mampu merencanakan
kagiatan belajar dengan baik, menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran
yang tepat, serta menerapkan pendekatan-pendekatan bimbingan belajar yang
sesuai dengan kondisi siswa,agar guru atau calon guru mampu merubah hasil
belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik. Dalam hal ini guru atau calon
guru juga baiknya slalu menjaga hubungan baik dengan anak-anak didiknya, agar
guru atau calon guru semakin mudah untuk mengetahui penyebab-penyebab masalah
belajar siswa dan cara mengatasinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar