KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Teori Piaget dan
Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD. Kami juga menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Dr. H. Yudo Dwiyono,
M.Si yang sudah memberikan bimbingan dalam
penyusunan tugas
ini.
Melalui
tugas ini kami berharap pembaca dapat memahami teori Piaget serta penerapannya
dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan tugas ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan saran,
komentar, kritik atau masukan lainnya demi penyempurnaan tugas ini.
Samarinda, 26 September 2014
Tim Penyusun
TEORI PIAGET DAN
PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
A.TEORI PIAGET
Menurut Piaget dalam Belajar dan
Pembelajaran (C. Asri Budiningsih 2005: 36), proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan
tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap
kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut:
a.
Tahap sensorimotor :
umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok
perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta
mempelajari permanensi obyek)
Pertumbuhan
kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1) Melihat dirinya sendiri sebagai
makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya.
2) Mencari rangsangan melalui sinar
lampu dan suara.
3) Suka memperhatikan 0qsesuatu lebih lama.
4) Mendefinisikan sesuatu dengan
memanipulasinya.
5) Memperhatikan objek sebagai hal yang
tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
Contoh: anak mengetahui bahwa benda
bersinar yang tergantung diatasnya adalah lampu. Bila kita menunjukkan bulan
kepadanya, anak akan mengatakan bahwa bulan adalah lampu.
Piaget membagi tahap sensorimotor
dalam enam periode yaitu:
1. Periode 1 : Refleks
(umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap
sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai
sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyakan
bersifat refleks, spontan, tidak disengaja dan tidak terbedakan. Tindakan
seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara
refleks.
2. Periode 2 : Kebiasaan
(umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi
mulai membentuk kebiasaan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan
mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Pada periode ini, seorang
bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Pada periode ini pula,
koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga.
Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak
dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia
dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap
penting untuk menumbuhkan konsep benda
3. Periode 3 : Reproduksi
kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya. Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada
objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara
penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan
kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan
mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri.
4. Periode 4 : Koordinasi
Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan
sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui.
Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah
diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai
membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan
bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini
mulai mempunyai konsep tentang ruang.
5. Periode 5 : Eksperimen
(umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah
mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara
mencoba-coba (eksperimen). Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda
disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam
situasi yang baru.
6. Periode Refresentasi
(umur 18 – 24 bulan)
Secara
mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat
menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap
ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan
objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan
gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu
tidak kelihatan lagi. Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah
sebagai berikut:
a)
Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b)
Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia
dapat berjalan dan bicara.
c)
Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d)
Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
b.
Tahap Pra operasional :
umur 2 -7 tahun.
(Ciri pokok
perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif)
Pada tahap ini, penggunaan simbol
dan istilah jauh lebih luas ketimbang pada tahap sensorik motorik. Pola pikir
bersifat insting, yaitu ia belum mampu menalar dengan menggunakan hukum logika
sebab akibat. Ia mengetahui tepat nama dan apa yang dapat dilakukan terhadap
sesuatu objek, tetapi ia tidak mengetahui klasifikasi objek.
Contohnya,
pada hal yang berhubungan dengan bola ia mengetahui tepat cara memainkan bola,
melempar, memantulkan, menagkap, dan seterusnya. Namun, ia tidak mengetahui
bahwa bola tersebut merupakan alat olahraga, melainkan menggapnya sebagai
mainan.
Tahap
pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian.
1)
tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan
dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan.
2)
tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan
pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik
anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a)
Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan
pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila
barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b)
Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan
pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat
irreversible.
c)
Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan
belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d)
Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak
seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya
dengan imajinasi mereka.
e)
Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f)
Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka
percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya
mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
c.
Tahap operasional konkret : umur 7 – 11 tahun.
(Ciri pokok
perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian
konkret)
Pola pikir egosentris digantikan dengan
pola pikir operasional yang mengacu pada suatu perbuatan terhadap berbagi benda
dan peristiwa berdasarkan informasi yang luas dari luar dirinya. Secara konseptual,
anak mulai mampu melihat dan mempersepsi berbagai hal dari perspektif orang
lain. Proses berpikirnya mulai logis. Anak mampu membuat susunan serial,
menyusun, dan mengelompokkan berbagia hal berdasarkan karakteristiknya yang
sama atau serupa.
Contohnya
: alat olahraga adalah bola, kok, bola tenis, raket, dan lain-lain.
Ciri-ciri
operasi konkret yang lain, yaitu:
a. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.
Pada tahap ini, seorang anak mulai
dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang
dialami.
b. Bilangan
Dalam percobaan Piaget, ternyata
anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi
satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat
mengerti soal korespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini
berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
c. Seriasi
Proses seriasi adalah proses
mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur
tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi
maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi
selanjutnuya.
d. Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun seorang
anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat interval jarak suatu
benda. Pada umur 8 tahun anak sudah dapat mengerti relasi urutan waktu dan juga
koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep
waktu dan kecepatan.
e. Penalaran
Dalam pembicaraan sehari-hari, anak
pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa
yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat
persoalan secara menyeluruh.
f.Sosialisme.
Pada tahap ini, anak sudah tidak
begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai
pikiran lain.
d.
Tahap operasi formal: umur
11 tahun ke atas.
(Ciri pokok
perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
Tahap operasi formal (formal
operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut
Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis,
dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa
yang
dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat
pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis dan metode
ilmiah.
a. Pemikiran Deduktif
Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran menarik
kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika
premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis
adalah alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari
premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan
dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan
yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang
logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum
menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil
kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para
remaja sendiri tahu atau tidak.
b. Metode Ilmiah
. Pada tahap pemikiran ini, anak
sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel
control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah
dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
B.PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM
PEMBELAJARAN IPA SD
a)
Cara pembelajaran IPA di SD berdasarkan teori Piaget :
·
Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa
yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka
tidak mendapatkan kesulitan.
·
Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat
yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabannya,
sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jabawan bila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
·
Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali
bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.
b) Contoh
penerapan teori Piaget dalam pembelajaran IPA SD
Kelas / Semester : V / 1
Sumber :
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
Subtema :
Wujud Benda dan Cirinya ( dalam pembelajaran 2 )
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan sifat-sifat benda padat, cair dan gas.
Tujuan pembelajaran : Dengan melakukan percobaan untuk menguji perubahan wujud benda dengan sistematis dan penuh rasa
ingin tahu siswa dapat mengetahui dan menjelaskan wujud
dan sifat benda serta perubahan wujudnya dengan
pemikiran logis dengan cermat dan teliti.
Deskripsi Kegiatan :
• Kegiatan berdiskusi
- Siswa kemudian bekerja secara kelompok beranggotakan 4 orang.
- Siswa mengamati beberapa jenis wujud benda yang telah mereka
ketahui.
- Siswa diminta berdiskusi dan menuliskan hasil pemahaman mereka
tentang wujud benda, sifat benda dan memberikan contohnya, serta perubahan
wujud benda.
• Kegiatan eksplorasi
- Siswa selanjutnya melakukan percobaan dengan beberapa petunjuk
aktivitas yang telah diberikan. Siswa diperbolehkan bereksplorasi menggunakan
bahan yang berbeda dan memberi perlakuan yang berbeda.
- Siswa diminta mengamati proses dalam percobaan dan menulisnya
dalam bentuk suatu laporan.
- Siswa mempresentasikan hasil percobaan dan laporan mereka di depan
kelas.
• Siswa diingatkan
untuk bersikap hati-hati dan menjaga keselamatan diri dan teman-temannya selama
kegiatan berlangsung.
Hasil yang diharapkan :
Melalui kegiatan ini
diharapkan:
• Siswa diharapkan
timbul sikap rasa ingin tahu dan terampil mencari informasi
serta melakukan suatu pengamatan dan mencatat hasilnya secara sistematis.
• Siswa dapat bekerja
sama dan berpikir secara saintifik dan dan sistematis dalam melakukan percobaan
secara bertahap dan proses pengamatan mereka.
• Siswa dapat mencari
dan mencatat hasil temuan mereka dalam laporan hasil
Percobaan dengan teliti dan sistematis.
Hasil yang diharapkan :
Melalui kegiatan ini
diharapkan:
• Siswa diharapkan timbul sikap rasa ingin tahu dan terampil mencari
informasi serta melakukan suatu pengamatan dan mencatat hasilnya secara
sistematis.
• Siswa dapat bekerja sama dan berpikir secara saintifik dan dan
sistematis dalam melakukan percobaan secara bertahap dan proses pengamatan
mereka.
• Siswa dapat mencari dan mencatat hasil temuan mereka dalam laporan
hasil percobaan dengan teliti dan sistematis.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta. Rineka Cipta, 2005.
Nurdin, A.E. Tumbuh Kembang Perilaku Manusia.
Jakarta. EGC, 2011.
Yamin, Martinis. Strategi dan Metode dalam Model
Pembelajaran. Jakarta. Penerbit
Referensi. 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar