SCRIPT IKLAN SOBAT

Sabtu, 21 Februari 2015

MAKALAH TENTANG TEORI PIAGET DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Teori Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Yudo Dwiyono, M.Si yang sudah memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas ini.
            Melalui tugas ini kami berharap pembaca dapat memahami teori Piaget serta penerapannya dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan saran, komentar, kritik atau masukan lainnya demi penyempurnaan tugas ini.

Samarinda, 26 September 2014


Tim Penyusun

            
TEORI PIAGET DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

A.TEORI PIAGET

            Menurut Piaget dalam Belajar dan Pembelajaran (C. Asri Budiningsih 2005: 36), proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
            Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1) Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya.
2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3) Suka memperhatikan 0qsesuatu lebih lama.
4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
Contoh: anak mengetahui bahwa benda bersinar yang tergantung diatasnya adalah lampu. Bila kita menunjukkan bulan kepadanya, anak akan mengatakan bahwa bulan adalah lampu.
            Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode yaitu:

1. Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
            Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan, tidak disengaja dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
2. Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
            Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasaan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda  yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda
3. Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
            Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.  Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri.
4. Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
            Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyai konsep tentang ruang.
5. Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
            Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen). Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru.  
6. Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
            Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi. Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara.
c) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

b. Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif)
            Pada tahap ini, penggunaan simbol dan istilah jauh lebih luas ketimbang pada tahap sensorik motorik. Pola pikir bersifat insting, yaitu ia belum mampu menalar dengan menggunakan hukum logika sebab akibat. Ia mengetahui tepat nama dan apa yang dapat dilakukan terhadap sesuatu objek, tetapi ia tidak mengetahui klasifikasi objek.
Contohnya, pada hal yang berhubungan dengan bola ia mengetahui tepat cara memainkan bola, melempar, memantulkan, menagkap, dan seterusnya. Namun, ia tidak mengetahui bahwa bola tersebut merupakan alat olahraga, melainkan menggapnya sebagai mainan.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian.
1) tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan.
2) tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b) Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat irreversible.
c) Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d) Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka.
e) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f) Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.



c. Tahap operasional konkret : umur 7 – 11 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)
            Pola pikir egosentris digantikan dengan pola pikir operasional yang mengacu pada suatu perbuatan terhadap berbagi benda dan peristiwa berdasarkan informasi yang luas dari luar dirinya. Secara konseptual, anak mulai mampu melihat dan mempersepsi berbagai hal dari perspektif orang lain. Proses berpikirnya mulai logis. Anak mampu membuat susunan serial, menyusun, dan mengelompokkan berbagia hal berdasarkan karakteristiknya yang sama atau serupa.
Contohnya : alat olahraga adalah bola, kok, bola tenis, raket, dan lain-lain.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
a. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.
            Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami.
b. Bilangan
            Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal korespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
c. Seriasi
            Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya.
d. Ruang, waktu, dan kecepatan
            Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat interval jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudah dapat mengerti relasi urutan waktu dan juga koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
e. Penalaran
            Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
f.Sosialisme.
            Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.

d. Tahap operasi formal: umur 11 tahun ke atas.
(Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
            Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa
yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis dan metode ilmiah.

a. Pemikiran Deduktif Hipotesis
            Pemikiran deduktif adalah pemikiran menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata  lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri  tahu atau tidak.

b. Metode Ilmiah
            . Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.


B.PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

a)  Cara pembelajaran IPA di SD berdasarkan teori Piaget :

·         Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan. 
·         Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jabawan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
·         Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

b) Contoh penerapan teori Piaget dalam pembelajaran IPA SD

 Kelas / Semester         : V / 1
 Sumber                       : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
 Subtema                     : Wujud Benda dan Cirinya ( dalam pembelajaran 2 )
 Kompetensi Dasar      : Mendeskripsikan sifat-sifat benda padat, cair dan gas.
 Tujuan pembelajaran  : Dengan melakukan percobaan untuk menguji perubahan                                           wujud benda dengan sistematis dan penuh rasa ingin tahu                                         siswa dapat mengetahui dan menjelaskan wujud dan sifat                                        benda serta perubahan wujudnya dengan pemikiran logis                                         dengan cermat dan teliti.
 Deskripsi Kegiatan :
Kegiatan berdiskusi
    -   Siswa kemudian bekerja secara kelompok beranggotakan 4 orang.
-     Siswa mengamati beberapa jenis wujud benda yang telah mereka ketahui.
-     Siswa diminta berdiskusi dan menuliskan hasil pemahaman mereka tentang wujud benda, sifat benda dan memberikan contohnya, serta perubahan wujud benda.
Kegiatan eksplorasi
-     Siswa selanjutnya melakukan percobaan dengan beberapa petunjuk aktivitas yang telah diberikan. Siswa diperbolehkan bereksplorasi menggunakan bahan yang berbeda dan memberi perlakuan yang berbeda.
-     Siswa diminta mengamati proses dalam percobaan dan menulisnya dalam bentuk suatu laporan.
-     Siswa mempresentasikan hasil percobaan dan laporan mereka di depan kelas.
    •    Siswa diingatkan untuk bersikap hati-hati dan menjaga keselamatan diri dan teman-temannya selama kegiatan berlangsung.
 Hasil yang diharapkan :
Melalui kegiatan ini diharapkan:
      • Siswa diharapkan timbul sikap rasa ingin tahu dan terampil mencari                           informasi serta melakukan suatu pengamatan dan mencatat hasilnya secara sistematis.
  •   Siswa dapat bekerja sama dan berpikir secara saintifik dan dan sistematis                 dalam melakukan percobaan secara bertahap dan proses pengamatan mereka.
 •    Siswa dapat mencari dan mencatat hasil temuan mereka dalam laporan hasil
      Percobaan dengan teliti dan sistematis.

Hasil yang diharapkan :
Melalui kegiatan ini diharapkan:
•  Siswa diharapkan timbul sikap rasa ingin tahu dan terampil mencari informasi serta melakukan suatu pengamatan dan mencatat hasilnya secara sistematis.
•   Siswa dapat bekerja sama dan berpikir secara saintifik dan dan sistematis dalam melakukan percobaan secara bertahap dan proses pengamatan mereka.
•    Siswa dapat mencari dan mencatat hasil temuan mereka dalam laporan hasil percobaan dengan teliti dan sistematis.








DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta, 2005.
Nurdin, A.E. Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Jakarta. EGC, 2011.
http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-                      piaget.pdf
Yamin, Martinis. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta.            Penerbit Referensi. 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar