KRITERIA IPA UNTUK
SEKOLAH DASAR DAN ALASAN IPA DIMASUKAN KE DALAM KURIKULUM IPA
A.
1. Pengertian IPA untuk SD
a. IPA
untuk SD oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993:5)
Ilmu
Pengetahuan Alam untuk anak-anak SD didefinisikan sebagai berikut:
1. Mengamati
apa yang terjadi.
2. Mencoba
memahami apa yang diamati.
3. Mempergunakan
pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
4. Menguju
ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.
b. IPA
untuk SD oleh Connor (1990)
Secara singkat, Connor (1990) mengemukakan,
pendidikan IPA di SD harus secara konsisten berorientasi pada (a) pengembangan
keterampilan proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu social
yang berdasar pada IPA.
2.
Kriteria
IPA untuk SD
a. Pembelajaran
IPA
Pembelajaran IPA yang bagaimanakah
yang paling cocok dan tepat untuk anak sekolah dasar Indonesia dengan kondisi,
karakteristik, dan sikap budaya Indonesia?. Pendekatan belajar mengajar yang
paling cocok dan paling efektif untuk menjawab pertanyaan di atas adalah
penyesuain pendekatan yang mancakup kekuasaan antara situasi dan belajar anak
dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat. Selanjutnya menemukan ciri-ciri
esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan meningkatkan kemampuan
menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak didik.
Selanjutnya model belajar yang cocok
untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini
memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan
alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri. Dalam IPA
Sekolah Dasar pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai pedorong
lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara
spontan sejak lahir sampai anak berumur 12 tahun. Langkah efesiensi pengalaman
langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan obyek dengan
tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep
tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (schemata) yang
menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan
integratif.
Proses berpikir yang berkembang
melalui tahap-tahap daur belajar ini mendorong perkembangan berpikir
sietiko-dedukatif dan kritis. Kemanapun menalar dan berpikir ilmiah pada anak.
Saat ini, para pendidik IPA telah
memperkenalkan penggunaan pendakatan daur belajar sebagai strategi untuk
mengajarkan IPA. Strategi ini terdiri atas tiga tahap yang berbeda: a) tahap
eksplorasi, b) tahap pengenalan konsep, dan c) tahap penerapan konsep. Daur
belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut:
a. Eksplorasi
yaitu anak mengalami (mengindera) obyek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh
informasi baru yang adakalanya bertentangan dengan konsep yang telah
dimiliknya.
b. Generalisasi
yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman) yang tampaknya
bertentangan dengan yang telah dimiliki anak.
c. Dedukasi
yaitu mengaplikasikan konsep yang baru (generalisasi) itu pada situasi dan
kondisi baru.
Segenap penjabaran kurikulum IPA
diberikan di tiap-tiap kelas. Mengenai penjabaran dapat dikatakan kira-kira
sama, tetapi perbedaanya terletak pada luas dan dalamnya pembahasan dari tiap-tiap
lapangan atau bagian di dalam masing-masing kelas.
Dengan demikian pengajaran IPA
haruslah tepat dan disesuaikan dengan kemampuan serta karakteristik siswanya,
sehingga dapat dijabarkan bahwa salah satu cara pengajaran IPA untuk siswa
Sekolah Dasar, sebagai berikut:
a. Pilihan
topik di dasarkan atas,
1. Perhatian
anak, dan bukan perhatian orang dewasa;
2. Kesiapan
dan kematangan anak;
3. Kegunaannya
bagi kehidupan anak pada umumnya, dan pada waktu sekarang khususnya;
4. Memunginkan
untuk mendapatkan alat-alat pengajaran yang diperlukan berhubungan dengan topik
itu. Misalnya, hendakya jangan membahas banjir pada musim panas.
b. Metode
Metode yang dipakai hendaknya
sebuah metode yang mempunyai kesanggupan untuk menunjukkan kenyataan apa yang
akan dipelajari. Karena itu tekanan hendaknya diletakkan kepada hal-hal
berikut:
1. Observasi
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran
yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka
membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan
metode observasi siswa akan mrasa tertantang mengeksplorasi rasa keingin
tahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode
observasi mengedepankan pengamatan langsung kepada obyek yang akan dipelajari.
Sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang obyektif yang kemudian
dianalisa sesuai tingkat perkembangan siswa. Item yang dianalisa siswa kemudian
digunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi bagi siswa.
2. Eksperimen
a. Eksperimen
dikerjakan dengan alat-alat yang sederhana dan murah, kalau mungkin buatan
sendiri agar anak-anak dapat bekerja dengan kebebasan, keberanian, kepercayaam
diri, dan tanggung jawab.
b. Eksperimen
hendaknya dikerjakan oleh anak sendiri dengan bimbingan guru.
c. Eksperimen
sebaiknya dibuat berpasangan, agar hasil eksperimen dapat dibandingkan.
3. Mengumpulkan
dan mengatur gambar-gambar tentang topik yang sementara dibahas. Aktivitas ini
memenuhi dorongan anak untuk mengumpulkan, mengorganisir, dan menyusun
gambar-gambar itu, membantu perkembangan intelek dan rasa estetis mereka.
Gambar ini merupakan alat peraga yang baik, terlebih mengenai hal-hal yang
tidak terdapat di lingkungan anak-anak sendiri.
4. Mendatangkan
orang-orang sebagai resource people (narasumber) untuk menambah perhatian anak
dan memperkaya pengalaman anak-anak. Misalnya, pada saat guru ingin menjelaskan
tentang materi jenis-jenis burung, bagaimana perbedaan suara, paruh, dan
lain-lain, maka guru berinisiatif mendatangkan seorang penjual burung sebagai
pengganti alat peraga karena penjual burung adalah seorang ahli yang sudah
berpengalaman dalam dunia burung. Dengan hal demikian, tentunya akan menarik
perhatian anak dan anak akan lebih aktif mendengarkan, memperhatikan, dan
bertanya.
5. Memelihara
tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitar sekolah. Dengan kegiatan tersebut anak
akan mendapat fakta-fakta berdasarkan observasi. Di samping itu, kasih sayang
akan terbentuk dan anak akan belajar untuk melaporkan apa yang telah mereka
amati dari pemeliharaan tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut.
Pembelajaran IPA di SD merupakan
persiapan dimasa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak ditentukan oleh
orang tua. Oleh karenanya, sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam
masyarakat yang akan datang. Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran di
SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan penyajian
gagasan-gagasan.
Mengajarkan IPA kepada siswa SD melalui
proses penemuan ilmiah sederhana secara sistematis dengan menggunakan benda
yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari untuk memberikan kesempatan
kepada siswa menyentuh, melakukan tindakan, melihat dan merasakan benda-benda
yang dihadapinya dengan menggunakan indra yang dimilikinya sehingga membantu
siswa memperoleh dam memahami konsep yang harus mereka kuasai sesuai dengan
tahap perkembangan perfikir siswa.
B.
KONDISI
PEMBELAJARAN IPA DI SD
Kita menyadari bahwa pada berbagai masalah
dalam pendidikan pada umumnya, pendidikan IPA khususnya sangat kompleks. Karena
itu pemikiran-pemikiran masih terus di sumbangkan untuk mencoba memecahkan permasalahan
itu. Pendidikan IPA di sekolah dasar dihadapkan pada berbagai masalah seperti
fasilitas, buku, media, dan dana, sehingga dalam penerapannya tampak ada kurang
pengertian.
Dikatakan bahwa IPA itu ialah ilmu yang
berlandaskan observasi atau pengamatan. Selanjutnya observasi sangat besar
peranannya dalam penelitian dan penemuan ilmiah. Observasi ilmiah kadang-kadang
melibatkan kegiatan yang relatif sederhana yang menghendaki sedikit persiapan
dan interprestasi yang tidak rumit tetapi, adakalanya observasi ilmiah itu
merupakan kegiata yang sangat kompleks. Pada umunya pendidikan IPA di sekolah
menggambarkan hanya bagian observasi ilmiah pada ujung yang sederhana dari
spectrum kegiatan obseravasi ini. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa para siswa akan
memperoleh gambaran yang keliru tentang observasi ilmiah.
C.
Tujuan
Kriteria IPA untuk SD
Tujuan
pembelajaran IPA di SD adalah dimaknai sebagai suatu yang diharapkan akan
dicapai oleh peserta didik setelah melalui suatu proses pembelajaran IPA
tertentu disekolah dasar. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada langkah awal
pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam kegiatan bembelajaran dan proses
penilaian yang akan dilakukan.
a. Sebagai
alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan
IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
a) Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebaradaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam.
c) Memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.
d) Menanamkan
sikap hidup ilmiah
e) Memberikan
keterampilan untuk melakukan pengamatan.
f) Mendidik
siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan
penemunya.
g) Menggunakan
dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.
h) Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP atau MTs.
Dalam
pembelajaran IPA di SD didalamnya terdapat ruang lingkup sebagai bahan kajian
yang meliputi dua aspek yaitu, kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja
ilmiah meliputi kegiatan penyelidkan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan
kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman
konsep meliputi makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda atau meteri
beserta sifat-sifat dan kegunaannya, energy dan perubahannya, serta bumi dan
alam semesta.
D.
Alasan
IPA dimasukan ke dalam Kurikulum IPA
Salah
satu faktor yang dapat mendukung alasan IPA dimasukkan kedalam kurikilum IPA di
SD adalah karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi
seperti sekarang ini, tentu dengan adanya hal demikian akan membuat semua hal
menjadi lebih mudah dan juga bermanfaat dalam dunia pendidikan, terutama mata
pelajaran IPA.
Ada berbagai alasan yang menyebabkan suatu
mata pelajaran dimasukkan kedalam kurikulum suatu sekolah. Alasan-alasan itu
dapat kita golongkan menjadi empat golongan besar:
1. Mata
pelajaran itu bermanfaat bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari.
2. Mata
pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa.
3. Mata
pelajaran itu melatih anak berpikir kritis.
4. Mata
pelajaran itu mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
(kemampuan) dapat membentuk ppribadi anak secara keseluruhan.
1) Bahwa
IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang
lebar. Kesejahteraan suatu bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan
bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Sedangkan
teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu
teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar
yang memadai. Pengetahan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak dapat
menjadi seorang insinyur elektronika yang baik, atau seorang dokter yang baik,
tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Untuk itu ia perlu
belajar IPA. Jadi IPA juga dapat dikatakan sebagai “tulang punggung
pembangunan”.
IPA
tidak hanya diperlukan oleh ahli-ahli teknologi seperti insinyur-insinyur,
dokter-dokter dan sebagainya, tetapi juga oleh ahli-ahli politik dan
kemasyarakatan. Dalam dunia modern yang dipengaruhi oleh teknologi, pengetahuan
IPA yang luas, meskipun tidak mendalam, sangat perlu. Sebab berbagai keputusan
yang harus diambiloleh pemimpin-pemimpin politik dan masyarakat menyangkut
masalah yang berhubungan erat dengan IPA dan teknologi. Bila seorang pemimpin
itu memahami teknologi dan IPA, maka keputusan-keputusan yang diambil tentu
akan merupakan keputusan yang lebih tepat. Jika tidak, mungkin sukar baginya
untuk mengambil keputusan yang tepat. Ia segera akan dapat memahami, mengapa
perlu diadakan perencanaan yang teliti mengenai lokasi (tempat) yang cocok
untuk pendirian suatu pabrik tertentu, karena ia mempunyai pengetahuan tentang
lingkungan serta pengaruh keadaan lingkungan terhadap kehidupan manusia. Ia
akan memahami adanya saling ketergantungan antara makhluk-makhluk hidup, ia
akan memahami bahwa pemusnahan makhluk yang satu akan mempengaruhi keadaan
makhluk yang lain. Dengan demikian ia dengan sadar dan penuh keyakinan akan
membantu usaha-usaha pelestarian alam. Ia juga akan memahami bahwa IPA ialah
suatu ilmu yang didasari percobaan-percobaan, sehingga mengajarkan IPA tanpa
percobaan bukan lagi mengajarkan IPA melainkan bercerita tentang IPA. Banyak
masalah lain yang tidak langsung berhubungan dengan teknologi atau IPA
memerlukan pemahaman akan IPA itu. Jadi mengajarkan IPA disekolah tidak saja
untuk menanamkan benih-benih untuk ahli-ahli IPA dan teknologi, tetapi juga
ahli-ahli politik dan masyarakat. Dan yang lebih penting lagi ialah bahwa
pendidikan IPA dapat merupakan salah satu unsur dalam mendidik anak menjadi
warga Negara yang baik.
2) Bila
diajarakan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
memberikan kesempatan latihan berfikir kritis. Misalnya IPA diajarakan dengan
mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan metode ini anak dihadapkan kepada
suatu masalah.Umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian : “dapat kah
tumbuhan hidup tanpa daun ?”. anak
diminta untuk mencari cara menyelidiki hal ini. Dari berbagai saran yang
dikemukakan anak, mereka dituntun merancang percobaan (eksperimen) sederhana
berikut : “sebatang tumbuhan daunnya terus menerus diambil (dipetik), setiap
tumbuh sehelai daun, daun itu dipetik. Akibatnya diamati terus sampai di
peroleh kesimpulan.
3) Banyak
contoh memecahkan masalah lain yang memerlukan daya berfikir yang kritis.
Meskipun sederhana. Menarik kesimpulan dari serangkaian percobaan juga
merupakan latihan berfikir kritis. Karena itu, bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan
yang dilakukan sendiri oleh anak, (tentu dengan bantuan guru ), maka IPA tidaklah merupakan suatu pelajaran yang
bersifat hafalan belaka, seperti pelajaran IPA yang banyak kita jumpai di
sekolah-sekolah. Pelajaran IPA modern lebih mementingkan kemampuan berfikir
dari kemampuan menghafal. Disamping itu lebih mementingkan juga kemampuan
mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan
sederhana, menyusun data, mengemukakan dugaan dan lain-lainnya. Menghafal merupakan
bagian yang tidak seberapa pentingnya dalam pendidikan IPA modern.
4) IPA
sekarang ini mungkin belum merupakan bagian kebudayaan bangsa kita. Tetapi kita
tentu menyadari, bahwa kehidupan kita makin lama makin banyak dipengaruhi oleh
hasil-hasil IPA. Radio sekarang sudah bukan barang yang aneh bagi kebanyakan
bangsa kita. Bahan pakaian yang terbuat dari bahan sintetis (seratbuatan)
sekarang merupakan bahan yang umum digunakan. Perawatan kesehatan menurut cara
yang lebih baik telah dikenal sampai kepelosok-pelosok. Orang telah faham
fungsi dokter.Orang-orang sekarang mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan
yang lebih baik, sehingga hidup lebih sehat, lebih rasional. Ia mulai lebih
mementingkan kebersihan hidup, karena kebersihan merupakan salah satu pangkal
kesehatan. Pendeknya makin banyak segi hidup kita dipengaruhi oleh hasil-hasil
IPA. Bial makin banyak segi hidup kita yang dipengaruhi IPA, maka dengan
sendirinya IPA menjadi bagian dari kebudayaan kita. Sebab kebudayaan merupakan
seluruh cara hidup suatu bangsa.
Keadaan
itu telah berubah dalam pendidikan IPA modern, pelajaran IPA modern, pelajaran
IPA modern tidak hanya mengajarkan fakta-fakta seperti jenis-jenis hewan atau
tumbuhan, hokum-hukum ini dan itu, tetapi juga mengajarkan metode-metode pemecahan
masalah yang baik, menganjurkan sikap yang baik, melatih kemampuan, mengambil
kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, melatih bersifat objektif dan
tisak terburu-buru mengambil kesimpulan. IPA sekarang bukan lagi disebut
“pelajaran IPA” melainkan “Pendidikan IPA”. Guru tidak lagi “mengajar IPA”
tetapi Mendidik IPA”. IPA ternyata memang banyak mengandung nilai-nilai
pendidikan, apabila diajarkan menurut cara yang tepat. Tetapi bila diajarkan
menurut cara yang kurang tepat, maka IPA hanya akan merupakan pelajaran
fakta-fakta yang merupakan pengetahuan tentang jenis-jenis hewan dan tumbuhan,
hukum-hukum ini dan itu, yang sebagian besar bersifat hafalan.
Selain
itu alasan IPA dimasukkan kedalam kurikulum IPA yaitu, karena:
1. IPA
bermanfaat bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali
tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan
dasar teknologi.
2. Bila
diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
memberikan kesempatan berfikir kritis.
3. Bila
diajarkan melalui percobaan-percibaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka
IPA bukanlah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata
pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian
anak secara keseluruhan.
E.
Tujuan
Alasan IPA Dimasukkan Kedalam Kurikulum IPA
IPA
merupakan mata pelajaran yang perlu didesain dengan baik oleh guru. Guru harus
melibatkan kreatifitas dalam mendesain pembelajaran IPA. Tujuan mendesain
pembelajaran yang baik salah satunya adalah agar tercipta suasana belajar yang
efektif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna bertujuan agar
pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat bermanfaat untuk merancang dan
membuat karya melalui penerapan konsep IPA secara ilmia dan bijaksana yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari dengan ramah
lingkungan melihat sekaran ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin mutakhir.
Secara
khusus tujuan IPAdimasukkan kedalam kurikulum IPA adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan
keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
3. Mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang melek IPA dan teknologi.
4. Menguasai
konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi.
F.
Simpulan Pengertian
IPA untuk anak-anak sekolah dasar diartikan sebagai cara mengamati, mencoba
memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru, dan menguji
ramalan-ramalan berdasarkan kondisi. IPA untuk SD juga memberikan petunjuk
tentang bagaimana seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar serta IPA di
SD harus secara konsisten berorientasi pada pengembangan keterampilan proses,
pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasarkan pada IPA. Cara
pengajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar adalah memilih topik dan metode yang
tepat dan sesuai dengan kerakteristik anak. Dikatakan bahwa IPA itu ialah ilmu
yang berlandaskan observasi atau pengamatan. Selanjutnya observasi sangat besar
peranannya dalam penelitian dan penemuan ilmiah. Observasi ilmiah kadang-kadang
melibatkan kegiatan yang relatif sederhana yang menghendaki sedikit persiapan
dan interprestasi yang tidak rumit tetapi, adakalanya observasi ilmiah itu
merupakan kegiata yang sangat kompleks.
Pada umunya pendidikan
IPA di sekolah menggambarkan hanya segmen observasi ilmiah pada ujung yang
sederhana dari spectrum kegiatan obseravasi ini. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa para siswa akan
memperoleh gambaran yang keliru tentang observasi ilmiah. Alasan IPA dimasukan
ke dalam Kurikulum IPA dapat digolongkan menjadi empat golongan besar: 1) Mata
pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari, 2) Mata
pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa. 3) Mata pelajaran itu melatih
anak berpikir kritis. 4) Mata pelajaran itu mempunyai nilai-nilai pendidikan
yaitu mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara
keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Carin, Arthur A dalam
Srini M. Iskandar. (1996/1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjen
Penti. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdikbud. 1996/1997. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjen Penti.
Depdiknas. 2006. Bagaimana
Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direk. Ketenagaan. Dirjen Penti.
Pakasi,
S. (1981). Pelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak dan Kelas I, II, III SD.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar