KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas kuasa-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah MENANGGULANGI ATAU MENGATASI
MASALAH BELAJAR. Melihat masalah yang sering dialami oleh peserta didik maka kami ingin memberi solusi untuk mengatasi
atau memecahkan masalah belajar yang sering dialami para peserta didik.
Untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut maka
perlu adanya pembinaan untuk peserta didik yang mengalami permasalahn didalam
belajarnya berupa Bimbingan untuk melahirkan
peserta didik yang berkualitas. Maka perlunya peran guru yang mengerti tentang
pembinaan di sekolah.
Makalah ini akan membahas tentang cara mengatasi
masalah belajar peserta didik dalam belajarnya.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan
a.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
b.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
c.
Tujuan ....................................................................................................... 1
d.
Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II
Pembahasan
a.
Defenisi belajar ......................................................................................... 3
b.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Belajar .............................................. 4
c.
Menentukan Siswa Yang Mengalami Masalah belajar .............................. 10
d.
Mengenal Masalah Belajar Siswa ............................................................. 12
e.
Usaha Mengatasi Masalah Belajar ............................................................ 15
BAB III
Penutup
a.
Simpulan ................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ................................................................................................. 20
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang.
Tugas utama seorang guru
adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru mengajar, maka
diharapkan siswa belajar. Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang
dialami siswa tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal(yang berasal
dari dalam diri siswaitu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal(yang berasal
dari luar siswa itu sendiri.
Masalah-masalah yang dialami
oleh siswa apabila tidak segera diatasi tentunya akan menghambat proses belajar
siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa
akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak mempunyai masalah
yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai
masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa
akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah
prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak
dapat melanjutkan belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik
kita harus mengetahui kondisi siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik
dan kondusif.
B.
Rumusan Masalah.
1. Apa
pengertian masalah belajar?
2. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
3. Bagaimana
menentukan siswa yang mengalami masalah belajar?
4. Bagaimana
cara mengenal dan mengatasi kesulitan belajar siswa?
C.
Tujuan.
1. Untuk mengetahui definisi masalah
belajar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar.
3. Untuk mengetahui cara menentukan siswa
yang mengalami masalah belajar.
4. Untuk mengetahui cara mengenal dan
mengatasi kesulitan belajar siswa
D.
Manfaat.
1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud
dengan masalah belajar.
2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
menentukan siswa yang mengalami masalah
belajar.
4. Mahasiswa dapat mengetahui mengenal dan
mengatasi kesulitan belajar siswa.
BAB II
Pembahasan
A.
Definisi Masalah Belajar.
Masalah adalah
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorangg, dan adapula yang mengartikannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah
adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri
sendiri atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “
Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses
perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman
ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E,
Wool Folk, 1995: 196 ).
Menurut ( Garry dan
Kingsley, 1970: 15 ) “belajar adalah proses tingkah laku dalam arti luas),
ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (
1984:77) bahwa “belajar adalah suatu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai
berikut:
“Masalah belajar adalah
suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid akan menghambat kelancaran
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu
dapat berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murud-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Dalam interaksi belajar
mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar
yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan
bahan belajar.
B.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
Faktor-faktor yang
dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
proses belajar.
1. Faktor-faktor Internal
Belajar.
Didalam belajar siswa
menghadapi masalah-masalah belajar secara internal. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Faktor-faktor
internal masalah belajar pada siswa antara lain sebagai berikut :
a. Sikap Terhadap Belajar.
Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak
atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan
proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran
tersebut. Pemahaman siswa yang
salah terhadap belajar akan membawa siswa kepada sikap yang salah dalam
melakukan pembelajaran tersebut. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap
tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli
dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.
Tentunya hal ini akan
sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan
proses belajar itu sendiri. Ketika
siswa sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang
dilakukan akan sia-sia, maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masa-masa akibat sikap terhadap belajar.
b. Motivasi
Belajar.
Tidak diragukan bahwa
dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa
untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan
keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa
keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus
menerus.
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi
belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus
menerus.
Motivasi yang diberikan
dapat meluputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu.
Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya
ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagai mana seorang guru mampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila sesorang merasakan membutuhkan ilmu maka tanpa
disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk
menuntut ilmu sangat tinggi dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
c.
Konsentrasi Belajar.
Konsenterasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut
tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat
perhatian, guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan
memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. yang perlu diperhatikan
oleh guru ketika memulai proses belajar ialah, sebaiknya seorang guru tidak
langsung melakukan pembelajaran, namun seorang guru harus memusatkan perhatian
siswanya terlebih dahulu sehingga siswa siap untuk melakukan pembelajaran.
Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengan
berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melakukan pemusatan perhatian
dengan berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan
ahli pisikologis, kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah
mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama
beberapa menit. Istilah ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa
obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat
ditingkatkan.
d.
Menyimpan Prolehan Hasil
Belajar.
Menyimpan perolehan hasil
belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek
maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses
pemasukan, proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya
hasil belajar yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang akan mudah
dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali
bahan belajar yang telah diberikan oleh guru.
Untuk mengatasi hal ini
sebaiknya guru mengingatkan agar materi yang telah lama diberikan dibuka dan
dipelajari kembali, serta guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan
materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk
mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku
yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga ingatan yang disimpan dalam
jangka waktu yang panjang akan teringat kembali.
e.
Menggali Hasil Belajar
Yang Tersimpan.
Menggali hasil belajar
yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam
hal ini siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau
mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal ini siswa akan menggali atau
membangkitkan kembali pesan dan pengalaman lama untuk suatu ujuk hasil belajar.
Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada penggalian atau pembangkitannya
sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan
dan penyimpanan.
Jika siswa tidak
memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak akan memiliki
apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sunggu-sungguh maka siswa tidak akan
memiliki keterampilan (intelektual, sosial, moral, dan jasmani) yang baik.
f.
Kemampuan Berprestasi.
Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini
siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukkan
bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari disekolah diketahui bahwa ada sebagian
siswa yang tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut
terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan,
pengolahan, penympanan serta penggalian untuk pembangkitan pesan dan
pengalaman.
g.
Rasa Percaya Diri.
Rasa percaya diri timbul
dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan,
rasa percaya diri dapat timbul berkaitan dengan adanya pengakuan dari
lingkungan.
Dalam proses belajar
diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang
diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat,
Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
h.
Intelegensi Dan
Keberhasilan Belajar.
Intelegensi merupakan
suatu kecapaian global atau rangkuman kecapaian untuk dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Kecakapan tersebut menjadu actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar
atau kehidupan sehari-hari.
Dengan memproleh hasil
belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau
kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu
rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu
pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang keterampilan.
i.
Kebiasaan Belajar.
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampuanya dalam berlatih dan menguasai materi
yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar
pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan disekolah-sekolah plosok,
kota besar, dan kota kecil. Sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh
ketidak mengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
j.
Cita-cita Siswa.
Cita-cita sebagai
motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita yang harus
ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa
sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai
cita-cita tersebut. Dengan mengkaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan
berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuanya sendri.
2.
Faktor-faktor
Eksternal Belajar.
Proses belajar didorong
oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi,
atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain
aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan
baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru disekolah merupakan
faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa
faktor ekternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar.
Faktor-faktor eksternal
tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Guru Sebagai Pembina
Siswa Belajar.
Guru adalah pengajar yang
mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,
tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seseorang pribadi yang tumbuh
menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia
juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan
keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan
kebutuhan hidup sebagai manusia. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional,
Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Kemampuan
mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan guru membelajarkan
seorang siswa.
b.
Prasarana Dan Sarana
Belajar.
Prasarana belajar
meliputi sarana olahraga, gedung sekolah, ruang belajar, tempat ibadah, ruang
kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan pasilitas laboratorium sekolah serta berbagai media
pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana belajar merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan
prasarana menentukan jaminan melakukan proses belajar yang baik. Justru
disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga
terselenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
c.
Kebijakan Penilaian.
Kegiatan penilaian
merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk
kerja siswa. Sebagai suatu hasil dengan ujuk kerja tersebut, maka proses
belajar berhenti untuk sementara Dan terjadilah penilaian.
Hasil belajar merupakan
hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif
dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajara merupakan hasil
yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut berwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, efektif dan pisikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran
guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolongkan lulus maka dapat
dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara.
Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan
mengajar ulang bagi guru.
d.
Lingkungan Sosial Siswa
Disekolah.
Tiap siswa dalam
lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja
berkoprasi, berkompetisi, atau bersaing.
e.
Kurikulum Sekolah.
Kurikulum yang
diberlakukan disekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah
atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan
masyarakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat timbul tuntutan
kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya
rekontruksi itu menimbulkan kurikulum baru. perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi
pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
C.
Menentukan Siswa Yang Mengalami Masalah Belajar.
Belajar disekolah terkait
dengan beberapa hal. Dalam bertindak belajar, siswa berhubungan dengan guru,
bahan ajaran, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, serta tata kerja evaluasi
belajar. Disamping itu, siswa secara internal menghadap disiplin, kebiasaan dan
semangat belajarnya sendiri. Faktor internal siswa tersebut merupakan hal yang
cukup kompleks.
Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program
pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar.
Dengan demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban
mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
a. Pengamatan Perilaku Belajar.
Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru bertindak
menjelaskan, dan siswa bertindak belajar. Tindakan belajar tersebut dilakukan
oleh siswa. Sebagai lazimnya tindakan seseorang, maka tindakan tersebut dapat
diamati sebagai perilaku belajar. Dengan
kata lain, perilaku belajar merupakan “gejala belajar” menurut pengamat.
Sedangkan tindak belajar atau proses belajar merupakan “gejala belajar” yang
dialami dan dihayati oleh siswa.
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan dan mengajar
serta melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa. Bila ditemukan masalah pada
peserta didik, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan
masalah.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut:
1)
Menyusun rencana pengamatan
seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain.
2)
Memilih siapa yang akan diamati
meliputi beberapa orang siswa.
3)
Menentukan berapa lama
berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga, atau empat bulan.
4)
Menentukan hal-hal apa saja
yang akan diamati, seperti cara siswa membaca,
cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses belajar
sesuatu.
5)
Mencatat hal-hal yang diamati.
6)
Menafsirkan hasil pengamatan.
b. Analisis Hasil Belajar.
Dalam setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil
belajar. Hasil belajar tersebut dapat berupa lembar-lembar jawaban soal ulangan
atau ujian, ataupun berwujud karya atau benda. Hasil belajar tersebut digunakan
oleh guru untuk melakukan perbaikan tindak belajar dan evaluasi. Bagi siswa
berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan
langkah-langkah berikut:
1)
Merencanakan
analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain instruksional.
2)
Merencanakan
jenis-jenis ujian dan alat evaluasi dan menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat
evaluasi.
3)
Mengumpulkan
hasil belajar siswa baik yang berupa jawaban ujian tulis, ujian
lisan, dan karya tulis maupun benda.
4)
Melakukan
analisi secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan
mengkategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan.
5)
Mempertimbangkan
hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa, perilaku
belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal.
6)
Mempertimbangkan
tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas yang dibandingkan
dengan program kurikulum yang berlaku.
7)
Memperhatikan
kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar.
8) Guru juga melancarkan
suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester, pada
angket tersebut dapat dinyatakan tanggapan
siswa tentang jalannya proses belajar mengajar dan kesukaran belajar.
Dengan analisis tersebut, guru mengambil kesimpulan tentang
hasil belajar kelas dan individu.
c. Tes Hasil Belajar.
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa, meskipun
demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan
tertentu. Artinya, jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tes hasil belajar dapat digunakan untuk
menilai kemajaun belajar, dan mencari masalah-masalah dalam belajar, pada
umumnya penyusun tes adalah oleh guru sendiri. Untuk mencari masalah-masalah
dalam belajar, sebaiknya penyusunan tes adalah tim guru bersama-sama konselor
sekolah. Oleh karena itu, pada tempatnya guru profesional memiliki kemampuan
melakukan penelitian secara sederhana.
D.
Mengenal Masalah Belajar Siswa.
Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya
berkewajiban menyajikan materi pelajaran dan mengevaluasi siswa, akan tetapi
juga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
bimbingan belajar. Sebagai pembimbing belajar siswa, guru harus mengadakan
pendekatan bukan saja melalui pendekatan intruksional, akan tetapi dibarengi
dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses
belajar mengajar berlangsung.
Melalui pendekatan pribadi, guru akan secara langsung mengenal
dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil
belajar yang optimal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap guru
adalah sebagai pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses
belajar mengajar.
Abdilla (2008), mengemukakan bahwa sebagai pembimbing dalam
proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu:
1) Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.
2) Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang
dihadapinya.
3) Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
4) Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat
belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
5) Mengenal dan memahami murid baik secara individual maupun secara
kelompok.
Agar bimbingan belajar lebih terarah dalam upaya membantu
siswa mengatasi masalah belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah
berikut:
a. Identifikasi.
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk
menemukan siswa yang mengalami masalah belajar, yaitu mencari informasi tentang
siswa dengan melakukan kegiatan berikut:
1)
Data
dokumen hasil belajar siswa.
2)
Menganalisis
absensi siswa di dalam kelas.
3)
Mengadakan
wawancara dengan siswa.
4)
Menyebar
angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
5)
Tes
untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang
sedang dihadapi.
b. Diagnosis.
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dan
pengolahan data tentang siswa yang mengalami masalah belajar dan jenis masalah
yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1)
Keputusan mengenai jenis
kesulitan belajar siswa.
2)
Keputusan mengenai
faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
3)
Keputusan mengenai jenis mata
pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan diagnosis dapat
dilakukan dengan cara:
1)
Membandingkan
prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata
nilai seluruh individu.
2)
Membandingkan
prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
3)
Membandingkan
nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
c.
Prognosis.
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau
program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar
siswa.
Prognosis ini dapat
berupa:
1)
Bentuk treatmen yang harus
diberikan.
2)
Bahan atau materi yang
diperlukan.
3)
Metode yang akan digunakan.
4)
Alat bantu belajar mengajar
yang diperlukan.
5)
Waktu kegiatan dilaksanakan.
d.
Terapi Atau Pemberian
Bantuan.
Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang
mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap
prognosis. Bentuk terapi yang dapat diberikan antara lain melalui:
1) Bimbingan belajar
kelompok.
2) Bimbingan belajar
individual.
3) Pengajaran remedial.
4) Pemberian bimbingan
pribadi.
5) Alih tangan kasus.
e.
Tindak Lanjut Atau
Follow up.
Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui
keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya
yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya
pemberian bimbingan.
E. Usaha
Mengatasi Masalah Belajar.
Dalam rangka usaha
mengatasi masalah belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari
faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari
sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya,
mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan efisien.
Secara garis besar,
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi masalah
belajar anak didik, dapat dilakukan dengan 6 tahap, yaitu: pengumpulan data,
pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi.
1)
Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber
penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh
informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut
dengan pengumpulan data.
Menurut Samisbani dan R
isbani, dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya
adalah:
a. Observasi
b. Kunjungan rumah
c. Studi kasus
d. Case history
e. Daftar pribadi
f. Meneliti
pekerjaan anak
g. Tugas kelompok
h. Melaksanakan
test (baik tes IQ maupun tes prestasi/achievement).
Dalam pelaksanaannya,
metode-metode tersebut tidak harus semuanya digunakan secara bersama-sama akan
tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak. Semakin rumit
masalahnya, maka semakin banyak juga kemungkinan metode yang dapat
dipergunakan, sebaliknya semakin sederhana masalahnya, mungkin dengan satu
metode observasi saja, sudah dapat ditemukan faktor apa yang menyebabkan
kesulitan belajar anak.
2)
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul
dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan
pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui
secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak.
Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh
antara lain adalah:
a.
Identifikasi
kasus
b.
Membandingkan
antar kasus
c.
Membandingkan
dengan hasil tes, dan
d.
Menarik
kesimpulan
3)
Diagnosis
Diagnosis adalah
keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat
berupa hal-hal sebagai berikut:
a.
Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar anak(berat dan ringannya).
b.
Keputusan
mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan
belajar.
c.
Keputusan
mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar, dan sebagainya.
4)
Prognosis
Prognosis
artinya”ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi
dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang
harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
Pendek kata, prognosis
adalah merupakan aktivitas menyusun rencana/program yang diharapkan dapat
mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5)
Treatment (Perlakuan)
Perlakuan disini
maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada
tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan:
a.
Melalui
bimbingan belajar individual.
b.
Selalui
bimbingan belajar kelompok.
c.
Melalui
remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d.
Melalui
bimbingan orang tua di rumah.
e.
Pemberian
bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
f.
Pemberian
bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g.
Pemberian
bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteriktik
setiap mata pelajaran.
6)
Evalusi
Evaluasi disini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil
dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari
lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal atau berhasil treatment yang
telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran
jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu
melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievement test.
Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab
dari kegagalan itu.
Agar tidak terjadi
kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya
dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment berdasarkan evaluasi, di mana
hasil prestasi belajar anak didik masih rendah, di bawah standar. Dalam rangka
pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara teoritis langkah-langkah
yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a.
Re-ceking
data (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun
pengolahan data).
b. Re-diagnosis
c. Re-prognosis
d. Re-treatment
e. Re-evaluasi
Dengan demikian, perlu
adanya penanganan dari guru BK untuk melakukan penanganan bagi anak yang
mengalami kesulitasn belajar. Bimbingan dan konseling dimaksudkan agar siswa
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif
dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
Selain itu guru juga
dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengatasi masalah belajar peserta didik.
Berikan perintah yang terperinci. Karena anak–anak mengalami kesulitan belajar,
guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru ketika tahap pelajaran
berikutnya dimulai. Gunakan semua indera pada saat mengajar. Jika perlu,
tanyakan pada orangtua atau guru lainnya, indera mana yang potensial bagi anak
untuk dapat belajar dengan maksimal.
Sebisa mungkin jangan ada gangguan di dalam
kelas, karena anak – anak ini mudah terganggu. Gambar – gambar, mainan, atau
barang – barang yang tidak diperlukan sangat berpeluang mengganggu
konsentrasi mereka.
Sampaikan pelajaran dengan menggunakan
contoh – contoh konkret. Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar akan
memahami maknanya jika ia dapat melihat dan merasakan apa yang dijelaskan.
Memperhatikan beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam belajar ini terlihat
sangat aktif atau bahkan terlalu aktif. Maka kita harus berusaha supaya anak
ini terus berada di dekat kita. Kontak fisik seperti merangkul atau memegang
pundak bisa meningkatkan perhatian mereka.
BAB III
Penutup
Kesimpulan.
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal
yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk
memberikan terapi terhadap permasalan kesulitan belajar maka dapat ditempuh
melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik,
siswa dan orang tua dirumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagaian waktu
anak lebih banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan
orang tua.
Dalam hal ini pendidik yakni guru di sekolah dan orang tua di
rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang
dihadapi oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik
mampu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.
daftar pustakanya mana
BalasHapusia mbak kok gk ada daftar pustaka?
BalasHapusterimakasih ini sudah sangat membantu saya
BalasHapusDaftar pustaka nggak ada. Trus dapet dari mana...?
BalasHapus