SCRIPT IKLAN SOBAT

Sabtu, 21 Februari 2015

MAKALAH IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa, karena atas berkat, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul IMPLEMENTASI BELAJAR ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan malakah ini, dan juga tidak lupa kepada Dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran.
Penulis sadar Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya besar harapan penulis kiranya makalah ini dapat membantu teman-teman sekalian dalam memahami materi implementasi belajar mengajar.



Penulis






DAFTAR ISI
Kata Pengantar isi  .............................................................................................   i
Daftar isi  ...........................................................................................................   ii
BAB I
Pendahuluan  .....................................................................................................  1
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Implementasi belajar mengajar  ..................................................................  2
B.       Upaya pengelolaan dan pelaksanaan prose belajar mengajar  .....................  3
C.       Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan prose belajar mengajar  ...........  3
D.      Pembelajaran berbasis motivasi  .................................................................  10
E.       Pembelajaran berbasis aktivitas  .................................................................  12
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan  .......................................................................................................  14








 BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar ada satu hal yang memegang peranan penting yaitu proses mengajar itu sendiri. Pengajaran pada intinya adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, sedangakan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Peran pendidik sangat mempengaruhi dalam peroses belajar anak didik. Apabila pendidik dalam mengajar menggunakan pendekatan ekspositori, maka anak didik akan belajar dengan cara menerima.dan apabila pendidik mengajar dengan pendekatan diskoveri/induksi, maka anak didik akan belajar dengan aktf.
Untuk mencapai tujuan belajar secara maksimal, maka dalam perencanaan dan proses belajar mengajar harus seefisien mungkin.

B.       Rumusan masalah.
1. Bagaimana implementasi pembelajaran?
2.          Tahap-tahap apa saja yang terdapat dalam pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar?











BAB II
PEMBAHASAN

A.      Implementasi belajar mengajar.
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi balajar di dalam suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job description guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:
1.        Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
2.        Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses balajar mengajar.
3.        Menggerakan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa. Penggerak atau motivasi disini pada dasarnya mempunyai makna lebih dari pemerintah, mengarahkan mengaktualkan, dan memimpin.
4.        Supervise dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.
5.        Penelitian yang lebih bersifat penafsiran (assasment) yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding  dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
B.       Upaya pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Berbagai upaya diusahakan untuk menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar ke dalam unsur-unsur komponennya. Komponen-komponen tersebut meliputi:
a.         Merencanakan, yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja.
b.        Mengorganisasi, yakni membuat organisasi, usaha, manager, tenaga kerja dan bahan.
c.         Pengkoordinasikan, yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan.
d.        Mengawasi, memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.
C.      Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan prose belajar mengajar.
1.  Perencanaan
a.         Menetapkan apa yang akan dilakukan, kapan dan bagaimana melaksanakannya.
b.         Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui penentuan target.
c.         Mengembangkan alternatif-alternatif.
d.        Mengumpulkan dan menganalisis informasi.
e.         Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dari keputusan.
Konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang:
a.         Perencanaan pengajaran sebagai teknologo, yaitu rencana yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif atau teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem untuk menggerakkan pembelajaran.
b.         Perencanaan pengajaran sebagai sebuah sistem, yaitu sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
c.         Perencanaan pengajaran sebagai suatu disiplin, yaitu cabang dari pengetahuan yang selalu memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d.        Perencanaan pengajaran sebagai sebuah sain, yaitu mengkreasikan secara detail spesifikasi pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pembelajaran.
e.         Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses, yaitu pengembangan pengajaran secara sitematis yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
f.          Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas, yaitu ide pengajaran dikembangkan dengan memberi hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam sebuah proses.
2.                 Pengorganisasian.
a.         Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun keangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
b.         Mengelompokkan komponen kerja kedalam struktur organisasi secara teratur.
c.         Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d.        Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.
e.         Memilih, mengadakan pelatihan dari pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.
Sedang menurut Lvor K Davies, cara-cara mengorganisasikan adalah sebagai berikut:
a.                   Memilih teknik mengajar yang tepat.
b.                  Memilih alat bantu belajar audiovisual yang tepat.
c.                   Memilih kelas (jumlah murid) yang tepat.
d.        Memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan paraturan, prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.
3.                  Memimpin.
a.          Memperkuat motivasi belajar.
1)        Memotivasi interinsik yaitu motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari dalam tersirat baik dalam tugas itu sendiri pada diri siswa. Dengan kata lain keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk melacak, merupakan faktor intrinsik pada semua orang,
2)        Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang mengacu kepada faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau oarang lain. Motivasi ekternal ini biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman, atau cobaan.
b. Menentukan strategi belajar mengajar yang tepat, yaitu meliputi:
1)        Gaya mengajar.
2)        Pendekatan-pendekatan yang digunakan.
3)        Metode-metode.
4)        Simulasi, studi kasus dan permainan.
c.             Mengajar keterampilan pisikomotor.
Yaitu dengan tugas-tugas industrial dan tugas-tugas tersebut dapat diidentifikasikan menjadi enam kelas kerja utama yaitu:
1)        Pekerjaan tangan, meliputi pekerjaan manusia dengan tangannya sendiri.
2)        Pekerjaan tangan dengan menggunakan alat.
3)        Pekerjaan mesin bertujuan satu yaitu penggunaan mesin yang digerakan secara menkanik.
4)        Pekerjaan dengan mesin ganda yaitu penggunaan mesin yang digerakkan secara otomatis maupun semi otomatis.
5)        Pekerjaan dengan mesin bermanfaat ganda yaitu penggunaan mesin yang digerakan oleh tenaga.
6)        Pekerjaan tidak berulang meliputi pekerjaan bersepesialisasi dan tidak berulang.
4.        Mengarahkan.
a.         Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci.
b.         Memprakarsakan serta menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan dalam mengambil keputusan.
c.         Mengeluarkan intruksi-intruksi yang spesifikasi.
d.        Membimbing, memotivasi dan supervisi.
5.        Kontrol atau pengawasan.
a.         Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana.
b.         Melaporkan penyimpangan-penyimpangan untuk tindakan pengkoreksian serta merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran.
c.         Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.
Cara belajar aktif tidak bisa dipertentangkan dengan cara belajar siswa tidak aktif. Yang dapat dikemukakan adalah terdapat kegiatan belajar yang mempunyai kadar keaktifan siswa yang tinggi, dan ada kegiatan belajar dengan keaktifan siswa yang rendah. Tidak ada kegiatan belajar dengan kadar keaktifan nol. Cara belajar siswa aktif tidak selamanya berorientasi keterampilan, tetapi juga bisa terjadi waktu siswa mempelajari konsep, fakta, dan prinsip. Bisa juga belajar keterampilan proses terjadi dengan kadar keaktifan siswa rendah. Belajar konsep dengan dengan kadar keaktifan siswa rendah cenderung memperlihatkan modus belajar mengajar yang lebih ekpositori, sedangkan belajar keterampilan proses dengan kadar keaktifan siswa tinggi cenderung bermodus discovery.
       Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajaran itu sendiri, dan keduanya saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dalam suasana wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan, dan perhatian guru yang berbeda untuk setiap individu siswa.
       Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan semangat belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik. Proses belajar mengajar merupakan suatu rentetan kegiatan guru menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif, yang meliputi: tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat perlengkapan pelajaran dikelas, serta pengelompokan siswa dalam belajar.
       Tujuan pengajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam pengajaran. Makin jelas rumusan tujuan makin mudah menyusun rencana dan mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan bimbingan guru. Dalam perumusan tujuan instruksional khusus perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.         Kemampuan dan nilai-nilai apa yang ingin dikembangkan pada diri siswa.
b.        Bagaimana cara mencapai tujuan itu secara bertahap atau sekaligus.
c.         Apakah perlu menekankan aspek-aspek tertentu.
d.        Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.
e.         Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
       Selanjutnya berkenan dengan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran per semester, pertahun, sangat terbatas. Karena itu diperlukan pengaturan waktu, diharapkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Waktu yang tersedia bisa dirasakan lama dan sumber kebosanan buat anak dalam belajar. Sebaliknya, bisa juga dirasakan singkat bila diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menyemangatkan siswa dalam belajar. Waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan aktivitas bermakna dan dapat memberikan hasil belajar produktif selain menggairahkan.
Dalam pengaturan ruang belajar perlu diperhatikan:
1)        Ukuran dan bentuk kelas.
2)        Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa.
3)        Jumlah siswa dalam kelas.
4)        Jumlah siswa dalam tiap kelompok.
5)        Jumlah kelompok dalam kelas.
6)        Komposisi siswa dalam kelompok, yang pandai, yang kurang pandai, jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
       Agar kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan cara belajar siswa, diperlukan pengelompokan siswa dalam belajar. Dalam penyusunan anggota kelompok perlu pertimbangan antara lain:
1)        Kegiatan belajar apa yang akan dilaksanakan.
2)        Siapa yang akan menyusun anggota kelompok, guru, siswa, atau guru dan siswa bersam-sama.
3)        Atas dasar apa kelompok itu disusun.
4)        Apakah kelompok itu selalu tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan cara balajar.
       Untuk mewujudkan suasana belajar dimana siswa menjadi pusat kegiatan belajar atau kegiatan siswa aktif, organisasi, kursi, dan alat-alat lain harus mudah dipindah-pindahkan untuk kepentingan kerja kelompok. Ruangan dan fasilitas yang tersedia perlu diatur untuk melayani kegiatan belajar. Ruang gerak guru dalam organisasi proses belajar mengajar tidak terbatas. Kegiatan mengarahkan, menjelaskan, memberikan jawaban spontan, serta memberikan umpan balik, merupakan kegiatan guru untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beraneka ragam.
Pengelompokan siswa dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a.         Menurut kesenangan berteman.
       Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok siswa yang disusun atas keakraban antar siswa. Kelompok terdiri atas sejumlah siswa yang menurut mereka kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang disusun berhadapan. Dalam pengelompokan ini setiap siswa mempelajari atau melakukan kegiatan yang sama.
b.        Menurut kemampuan.
       Untuk memudahkan pelayanan guru, siswa-siswa dikelompokan menjadi kelompok cerdas, sedang, menengah, dan kelompok siswa yang lambat dan pengelompokan ini dapat diubah sewaktu-waktu sejalan dengan perkembangan kemampuan individual siswa dalam mempelajari mata pelajaran.
c.         Menurut minat.
       Suatu ketika ada siswa yang senang menulis, menggambar, sementara siswa yang lain lagi senang ilmu social, ilmu alam, atau matematika. Para anak didik dikelompokan atas dasar kegiatan yang sama. Siswa yang melakukan aktivitas belajar yang sama, dikelompokan. Dalam hal ini guru mengamati tiap siswa disamping memberi dorongan untuk berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain.
       Perlu diketahui bahwa proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar tersebut, misalnya melalui karyawisata, atau melalui seminar.
D.      Pembelajaran berbasis motivasi.
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman, guru dalam menjalankan fungsinya diantaranya berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dinamis, dan memberikan motivasi kepada siswa. Belajar anak akan bermakna jika metode atau strategi pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan SK-KD (Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar) yang diberikan dan tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapaipun tidak sulit unruk ditempuh. Namun sebaliknya, terkadang guru guru tidak menyadari dengan menerapkan metode atau strategi pembelajaran tersebut, siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, siswa tambah bingung  dan membosankan.
Jika keadaan kelas sudah demikian, tujuan pembelajaranpun akan gagal diraih. Mengapa hal ini terjadi? Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, pertama guru tidak menguasai langkah-langkah metode atau strategi pembelajaran yang diterapkan,  kedua anak tidak mudah dikondisikan (karena bukan hal yang mudah untuk memberi metode atau strategi pembelajaran baru pada siswa, akibatnya siswa rame sendiri) dan yang terakhir adalah tidak memberi motivasi kepada siswa. Ketiga alasan  tersebut seringkali terabaikan dalam pembelajaran padahal hal tersebut sangat dibutuhkan saat pembelajaran berlangsung guna mencapai tujuan pembelajaran.
Hal-hal yang terjadi di atas sudah jelas adanya,  ada contoh penelitian di salah satu sekolah swasta dengan menggunakan metode baru (yaitu metode yang  belum pernah digunakan dalam kelas tersebut oleh guru bidang studi) . pada awalnya si peneliti melakukan observasi dan wawancara, observasi yang dilakukan ialah melihat silabus, RPP guru  dan keadaan kelas, sedangkan wawancaranya dilakukan dengan salah satu siswa dan guru bidang studi, yang peneliti tanyakan adalah mengenai metode yang pernah digunaka oleh guru, dari sini si peneliti mengetahui bahwa metode ini belum pernah digunakan di kelas tersebut sehingga si peneliti mengatakan ini adalah metode atau strategi baru bagi mereka dan mencoba menerapkannya.
Selanjutnya si peneliti melakukan penelitian yakni mengajar di kelas tersebut dengan metode yang sudah dirancang dalam RPP, namun kejadiannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, pada pertemuan pertama siswa menjadi tidak terkondisikan dan tidak mau mmengikuti instruksi guru. Jika keadaan sudah demikian sudah bisa diprediksikan bahwa pembelajaran ini akan gagal dan tidak bisa mencapai tujuan, peretemuan selanjutnya siswa masih kurang terkondisikan namun sudah ada peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya, ini disebabkan karena guru sudah menguasai metode/strategi yang diberikan, dan selanjutnya siswa sudah sangat terkondisikan dan tujuan pembelajaranpun sudah tercapai.
Setelah dianalilisis dari pertemuan pertama sampai pertemuan-pertemuan selanjutnya si peneliti menemukan satu titik yang sangat terang yakni motivasi, karena dengan motivasi ini siswa sangat antusias dan ingin belajar lebih lama lagi, mereka senang berlama-lama di kelas hal ini sangat berbeda dengan kejadian-kejadian sebelumnya.
Dari kejadian tersebut peranan motivasi ini sangat penting dalam proses pembelajaran perlu dipahami juga oleh guru agar dapat melakukan berbagai tindakan atau motivasi kepada siswa. Motivasi ini  dapat diartikan sebagai dorongan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Jika dikaitkan dengan konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut sangat erat hubungannya dengan kebutuhan anak untuk belajar.
Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.
Jadi metode/strategi apapun yang diberikan kepada siswa jika tidak dibarengi dengan motivasi tidak akan berarti apa-apa, karena jika siswa tidak termotivasi dengan metode/strategi pembelajaran tersebut siswa tidak akan mengikuti apa yang diinstruksikan guru dan kalaupun mereka mau mengikuti intruksi hal ini karena keterpaksaan belaka, jadi bagi pendidik jangan segan-segan untuk memberi motivasi kepada siswa karena motivasi dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Motivasi sebagai pembangkit belajar siswa  yang efektif karena keingintahuan dan keyakinan dari dalam diri siswa tersebut. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan diluar kebiasaan atau tugas yang menantang disertai penguatan bahwa siswa mampu melakukannya.
E.       Pembelajaran berbasis aktivitas.
Aktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu situasi terjadinya sesuatu atau banyak hal dapat dikerjakan. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan kepada aktivitas sisiwa secara optimal, artinya pembelajaran menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya diam saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan memiliki kadar pembelajaran atau aktivitas yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti oleh aktivitas mental dan emosional.
Contohnya saja dalam pembelajaran matematika yang aktif di ruang kelas, didalam pembelajaran ini banyak aktivitas yang dapat melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu secara aktif berkaitan dengan apa yang ingin dicapai dalam pelajaran itu.
Aktivitas yang dilakukan dalam matematika antara lain: berhitung, bermain, menggambar, menjelaskan, mengukur, mendesain, menempatkan obyek dan lain-lain.
Aktivitas-aktivitas yang melibatkan siswa dalam proses belajar tersebut mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
1.        Mengubah perilaku siswa dari negatif menjadi positif.
2.        Membantu siswa lebih memahami, pasti suatu saat ketrampilan matematis ilmunya akan berguna bagi masa depannya.
3.        Memberi siswa pengalaman belajar yang menyenangkan.
4.        Memperpanjang waktu tinggal suatu hal di memorinya
5.        Memperbaiki hasil (Ujian Nasional).





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode/strategi apapun yang diberikan kepada siswa jika tidak dibarengi dengan motivasi tidak akan berarti apa-apa, karena jika siswa tidak termotivasi dengan metode/strategi pembelajaran tersebut siswa tidak akan mengikuti apa yang diinstruksikan guru dan kalaupun mereka mau mengikuti intruksi hal ini karena keterpaksaan belaka, jadi bagi pendidik jangan segan-segan untuk memberi motivasi kepada siswa karena motivasi dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Motivasi sebagai pembangkit belajar siswa  yang efektif karena keingintahuan dan keyakinan dari dalam diri siswa tersebut. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan diluar kebiasaan atau tugas yang menantang disertai penguatan bahwa siswa mampu melakukannya.
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi luhur, maka pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini merupakan pendekatan yang sangat cocok dikembangkan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar