KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa, karena atas berkat, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul IMPLEMENTASI BELAJAR ini.
Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan malakah ini, dan juga tidak lupa kepada Dosen mata kuliah
Strategi Pembelajaran.
Penulis
sadar Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala
saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya
besar harapan penulis kiranya makalah ini dapat membantu teman-teman sekalian
dalam memahami materi implementasi belajar mengajar.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar isi ............................................................................................. i
Daftar isi ........................................................................................................... ii
BAB
I
Pendahuluan ..................................................................................................... 1
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Implementasi belajar mengajar .................................................................. 2
B.
Upaya pengelolaan dan pelaksanaan prose belajar mengajar ..................... 3
C.
Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan prose belajar mengajar ........... 3
D.
Pembelajaran berbasis motivasi ................................................................. 10
E.
Pembelajaran berbasis aktivitas ................................................................. 12
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam proses
belajar mengajar ada satu hal yang memegang peranan penting yaitu proses
mengajar itu sendiri. Pengajaran pada intinya adalah interaksi antara pendidik
dan peserta didik.
Belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, sedangakan mengajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Peran pendidik sangat
mempengaruhi dalam peroses belajar anak didik. Apabila pendidik dalam mengajar
menggunakan pendekatan ekspositori, maka anak didik akan belajar dengan cara
menerima.dan apabila pendidik mengajar dengan pendekatan diskoveri/induksi,
maka anak didik akan belajar dengan aktf.
Untuk mencapai
tujuan belajar secara maksimal, maka dalam perencanaan dan proses belajar
mengajar harus seefisien mungkin.
B.
Rumusan
masalah.
1. Bagaimana implementasi pembelajaran?
2.
Tahap-tahap apa saja yang
terdapat dalam pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Implementasi
belajar mengajar.
Proses belajar mengajar
adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini
diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan
pendidikan. Pengawasan itu turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan
belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan
merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta
mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi
balajar di dalam suatu kelas adalah job
description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian
peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan
dengan hal ini, job description guru
dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:
1.
Perencanaan
instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
organisasi belajar.
2.
Organisasi belajar yang
merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses balajar
mengajar.
3.
Menggerakan anak didik
yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar
siswa. Penggerak atau motivasi disini pada dasarnya mempunyai makna lebih dari
pemerintah, mengarahkan mengaktualkan, dan memimpin.
4.
Supervise dan
pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional
yang telah didesain sebelumnya.
5.
Penelitian yang lebih
bersifat penafsiran (assasment) yang mengandung pengertian yang lebih luas
dibanding dengan pengukuran atau
evaluasi pendidikan.
B. Upaya
pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Berbagai upaya
diusahakan untuk menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar ke dalam
unsur-unsur komponennya. Komponen-komponen tersebut meliputi:
a.
Merencanakan,
yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja.
b.
Mengorganisasi,
yakni membuat organisasi, usaha, manager, tenaga kerja dan bahan.
c.
Pengkoordinasikan,
yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan.
d.
Mengawasi,
memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang
digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.
C.
Tahap-tahap
pengelolaan dan pelaksanaan prose belajar mengajar.
1. Perencanaan
a.
Menetapkan apa yang akan dilakukan, kapan dan bagaimana melaksanakannya.
b.
Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil
yang maksimal melalui penentuan target.
c.
Mengembangkan alternatif-alternatif.
d.
Mengumpulkan dan menganalisis informasi.
e.
Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dari keputusan.
Konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang:
a.
Perencanaan pengajaran sebagai teknologo, yaitu rencana yang mendorong
penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif atau
teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem untuk menggerakkan
pembelajaran.
b.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah sistem, yaitu sebuah susunan dari
sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
c.
Perencanaan pengajaran sebagai suatu disiplin, yaitu cabang dari
pengetahuan yang selalu memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang
strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah sain, yaitu mengkreasikan secara
detail spesifikasi pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan
situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang
lebih sempit dari materi pembelajaran.
e.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses, yaitu pengembangan
pengajaran secara sitematis yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori
pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
f.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas, yaitu ide pengajaran
dikembangkan dengan memberi hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam
sebuah proses.
2.
Pengorganisasian.
a.
Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan
untuk menyusun keangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui
suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
b.
Mengelompokkan komponen kerja kedalam struktur organisasi secara teratur.
c.
Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d.
Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.
e.
Memilih, mengadakan pelatihan dari pendidikan tenaga kerja serta mencari
sumber-sumber lain yang diperlukan.
Sedang menurut Lvor K Davies, cara-cara mengorganisasikan adalah sebagai
berikut:
a.
Memilih teknik mengajar yang tepat.
b.
Memilih alat bantu belajar audiovisual yang tepat.
c.
Memilih kelas (jumlah murid) yang tepat.
d.
Memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan paraturan,
prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.
3.
Memimpin.
a.
Memperkuat motivasi belajar.
1)
Memotivasi interinsik yaitu motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari
dalam tersirat baik dalam tugas itu sendiri pada diri siswa. Dengan kata lain
keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk melacak, merupakan faktor
intrinsik pada semua orang,
2)
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang mengacu kepada faktor dari luar
dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau oarang lain. Motivasi
ekternal ini biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman, atau cobaan.
b. Menentukan strategi belajar mengajar yang tepat,
yaitu meliputi:
1)
Gaya mengajar.
2)
Pendekatan-pendekatan yang digunakan.
3)
Metode-metode.
4)
Simulasi, studi kasus dan permainan.
c.
Mengajar keterampilan
pisikomotor.
Yaitu dengan tugas-tugas
industrial dan tugas-tugas tersebut dapat diidentifikasikan menjadi enam kelas
kerja utama yaitu:
1)
Pekerjaan tangan, meliputi pekerjaan manusia dengan tangannya sendiri.
2)
Pekerjaan tangan dengan menggunakan alat.
3)
Pekerjaan mesin bertujuan satu yaitu penggunaan mesin yang digerakan
secara menkanik.
4)
Pekerjaan dengan mesin ganda yaitu penggunaan mesin yang digerakkan
secara otomatis maupun semi otomatis.
5)
Pekerjaan dengan mesin bermanfaat ganda yaitu penggunaan mesin yang
digerakan oleh tenaga.
6)
Pekerjaan tidak berulang meliputi pekerjaan bersepesialisasi dan tidak
berulang.
4.
Mengarahkan.
a.
Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci.
b.
Memprakarsakan serta menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana
dan dalam mengambil keputusan.
c.
Mengeluarkan intruksi-intruksi yang spesifikasi.
d.
Membimbing, memotivasi dan supervisi.
5.
Kontrol
atau pengawasan.
a.
Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana.
b.
Melaporkan penyimpangan-penyimpangan untuk tindakan pengkoreksian serta
merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran.
c.
Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap
penyimpangan-penyimpangan.
Cara belajar aktif
tidak bisa dipertentangkan dengan cara belajar siswa tidak aktif. Yang dapat
dikemukakan adalah terdapat kegiatan belajar yang mempunyai kadar keaktifan
siswa yang tinggi, dan ada kegiatan belajar dengan keaktifan siswa yang rendah.
Tidak ada kegiatan belajar dengan kadar keaktifan nol. Cara belajar siswa aktif
tidak selamanya berorientasi keterampilan, tetapi juga bisa terjadi waktu siswa
mempelajari konsep, fakta, dan prinsip. Bisa juga belajar keterampilan proses
terjadi dengan kadar keaktifan siswa rendah. Belajar konsep dengan dengan kadar
keaktifan siswa rendah cenderung memperlihatkan modus belajar mengajar yang
lebih ekpositori, sedangkan belajar keterampilan proses dengan kadar keaktifan
siswa tinggi cenderung bermodus discovery.
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan
keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajaran itu
sendiri, dan keduanya saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur
proses belajar mengajar yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan
anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa
dapat belajar dalam suasana wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan
sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman,
maupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan, dan perhatian
guru yang berbeda untuk setiap individu siswa.
Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan semangat belajar,
meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka memerlukan pengorganisasian proses
belajar yang baik. Proses belajar mengajar merupakan suatu rentetan kegiatan
guru menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif, yang
meliputi: tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan
ruang dan alat perlengkapan pelajaran dikelas, serta pengelompokan siswa dalam
belajar.
Tujuan pengajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam
pengajaran. Makin jelas rumusan tujuan makin mudah menyusun rencana dan
mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan bimbingan guru. Dalam
perumusan tujuan instruksional khusus perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Kemampuan dan
nilai-nilai apa yang ingin dikembangkan pada diri siswa.
b.
Bagaimana cara mencapai
tujuan itu secara bertahap atau sekaligus.
c.
Apakah perlu menekankan
aspek-aspek tertentu.
d.
Seberapa jauh tujuan
itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.
e.
Apakah waktu yang
tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Selanjutnya berkenan dengan waktu yang tersedia untuk setiap
pelajaran per semester, pertahun, sangat terbatas. Karena itu diperlukan
pengaturan waktu, diharapkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pengajaran. Waktu yang tersedia bisa dirasakan lama dan sumber
kebosanan buat anak dalam belajar. Sebaliknya, bisa juga dirasakan singkat bila
diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menyemangatkan siswa dalam belajar. Waktu
yang tersedia hendaknya diisi dengan aktivitas bermakna dan dapat memberikan
hasil belajar produktif selain menggairahkan.
Dalam pengaturan ruang
belajar perlu diperhatikan:
1)
Ukuran dan bentuk
kelas.
2)
Bentuk serta ukuran
bangku dan meja siswa.
3)
Jumlah siswa dalam
kelas.
4)
Jumlah siswa dalam tiap
kelompok.
5)
Jumlah kelompok dalam
kelas.
6)
Komposisi siswa dalam
kelompok, yang pandai, yang kurang pandai, jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
Agar kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan cara belajar
siswa, diperlukan pengelompokan siswa dalam belajar. Dalam penyusunan anggota
kelompok perlu pertimbangan antara lain:
1)
Kegiatan belajar apa yang
akan dilaksanakan.
2)
Siapa yang akan
menyusun anggota kelompok, guru, siswa, atau guru dan siswa bersam-sama.
3)
Atas dasar apa kelompok
itu disusun.
4)
Apakah kelompok itu
selalu tetap atau berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan cara balajar.
Untuk mewujudkan suasana belajar dimana siswa menjadi pusat
kegiatan belajar atau kegiatan siswa aktif, organisasi, kursi, dan alat-alat
lain harus mudah dipindah-pindahkan untuk kepentingan kerja kelompok. Ruangan
dan fasilitas yang tersedia perlu diatur untuk melayani kegiatan belajar. Ruang
gerak guru dalam organisasi proses belajar mengajar tidak terbatas. Kegiatan
mengarahkan, menjelaskan, memberikan jawaban spontan, serta memberikan umpan
balik, merupakan kegiatan guru untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beraneka ragam.
Pengelompokan siswa
dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a.
Menurut kesenangan
berteman.
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok siswa yang disusun atas
keakraban antar siswa. Kelompok terdiri atas sejumlah siswa yang menurut mereka
kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang disusun berhadapan.
Dalam pengelompokan ini setiap siswa mempelajari atau melakukan kegiatan yang
sama.
b.
Menurut kemampuan.
Untuk memudahkan pelayanan guru, siswa-siswa dikelompokan
menjadi kelompok cerdas, sedang, menengah, dan kelompok siswa yang lambat dan
pengelompokan ini dapat diubah sewaktu-waktu sejalan dengan perkembangan
kemampuan individual siswa dalam mempelajari mata pelajaran.
c.
Menurut minat.
Suatu ketika ada siswa yang senang menulis, menggambar, sementara
siswa yang lain lagi senang ilmu social, ilmu alam, atau matematika. Para anak
didik dikelompokan atas dasar kegiatan yang sama. Siswa yang melakukan
aktivitas belajar yang sama, dikelompokan. Dalam hal ini guru mengamati tiap
siswa disamping memberi dorongan untuk berpindah dari suatu kegiatan ke
kegiatan yang lain.
Perlu diketahui bahwa proses belajar yang bermakna adalah
proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru
harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar tersebut, misalnya melalui
karyawisata, atau melalui seminar.
D. Pembelajaran berbasis
motivasi.
Belajar
merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman, guru dalam
menjalankan fungsinya diantaranya berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan
yang menyenangkan, kreatif, dinamis, dan memberikan motivasi kepada siswa.
Belajar anak akan bermakna jika metode atau strategi pembelajaran yang
digunakan tepat dan sesuai dengan SK-KD (Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar)
yang diberikan dan tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapaipun tidak sulit
unruk ditempuh. Namun sebaliknya, terkadang guru guru tidak menyadari dengan
menerapkan metode atau strategi pembelajaran tersebut, siswa kurang antusias
dalam mengikuti pelajaran, siswa tambah bingung
dan membosankan.
Jika
keadaan kelas sudah demikian, tujuan pembelajaranpun akan gagal diraih. Mengapa
hal ini terjadi? Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, pertama guru tidak menguasai
langkah-langkah metode atau strategi pembelajaran yang diterapkan, kedua
anak tidak mudah dikondisikan (karena bukan hal yang mudah untuk memberi metode
atau strategi pembelajaran baru pada siswa, akibatnya siswa rame sendiri) dan
yang terakhir adalah tidak memberi
motivasi kepada siswa. Ketiga alasan
tersebut seringkali terabaikan dalam pembelajaran padahal hal tersebut
sangat dibutuhkan saat pembelajaran berlangsung guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Hal-hal
yang terjadi di atas sudah jelas adanya,
ada contoh penelitian di salah satu sekolah swasta dengan menggunakan
metode baru (yaitu metode yang belum
pernah digunakan dalam kelas tersebut oleh guru bidang studi) . pada awalnya si
peneliti melakukan observasi dan wawancara, observasi yang dilakukan ialah
melihat silabus, RPP guru dan keadaan
kelas, sedangkan wawancaranya dilakukan dengan salah satu siswa dan guru bidang
studi, yang peneliti tanyakan adalah mengenai metode yang pernah digunaka oleh
guru, dari sini si peneliti mengetahui bahwa metode ini belum pernah digunakan
di kelas tersebut sehingga si peneliti mengatakan ini adalah metode atau
strategi baru bagi mereka dan mencoba menerapkannya.
Selanjutnya
si peneliti melakukan penelitian yakni mengajar di kelas tersebut dengan metode
yang sudah dirancang dalam RPP, namun kejadiannya tidak sesuai dengan yang
diharapkan, pada pertemuan pertama siswa menjadi tidak terkondisikan dan tidak
mau mmengikuti instruksi guru. Jika keadaan sudah demikian sudah bisa
diprediksikan bahwa pembelajaran ini akan gagal dan tidak bisa mencapai tujuan,
peretemuan selanjutnya siswa masih kurang terkondisikan namun sudah ada
peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya, ini disebabkan karena guru sudah
menguasai metode/strategi yang diberikan, dan selanjutnya siswa sudah sangat
terkondisikan dan tujuan pembelajaranpun sudah tercapai.
Setelah
dianalilisis dari pertemuan pertama sampai pertemuan-pertemuan selanjutnya si
peneliti menemukan satu titik yang sangat terang yakni motivasi, karena dengan
motivasi ini siswa sangat antusias dan ingin belajar lebih lama lagi, mereka
senang berlama-lama di kelas hal ini sangat berbeda dengan kejadian-kejadian
sebelumnya.
Dari
kejadian tersebut peranan motivasi ini sangat penting dalam proses pembelajaran
perlu dipahami juga oleh guru agar dapat melakukan berbagai tindakan atau
motivasi kepada siswa. Motivasi ini
dapat diartikan sebagai dorongan kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Jika dikaitkan dengan
konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut sangat erat hubungannya dengan
kebutuhan anak untuk belajar.
Peranan
guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan
melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada
siswa secara individual.
Jadi
metode/strategi apapun yang diberikan kepada siswa jika tidak dibarengi dengan
motivasi tidak akan berarti apa-apa, karena jika siswa tidak termotivasi dengan
metode/strategi pembelajaran tersebut siswa tidak akan mengikuti apa yang
diinstruksikan guru dan kalaupun mereka mau mengikuti intruksi hal ini karena
keterpaksaan belaka, jadi bagi pendidik jangan segan-segan untuk memberi
motivasi kepada siswa karena motivasi dapat membangkitkan semangat siswa untuk
belajar. Motivasi sebagai pembangkit belajar siswa yang efektif karena keingintahuan dan
keyakinan dari dalam diri siswa tersebut. Setiap siswa memiliki rasa ingin
tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan diluar kebiasaan atau tugas
yang menantang disertai penguatan bahwa siswa mampu melakukannya.
E.
Pembelajaran
berbasis aktivitas.
Aktivitas
dapat didefinisikan sebagai suatu situasi terjadinya sesuatu atau banyak hal
dapat dikerjakan. Pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa ini menekankan kepada aktivitas sisiwa secara optimal, artinya
pembelajaran menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk
emosional dan aktivitas intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya diam
saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin
saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis
dalam pikirannya. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan
memiliki kadar pembelajaran atau aktivitas yang tinggi jika yang bersangkutan
hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti oleh aktivitas mental
dan emosional.
Contohnya
saja dalam pembelajaran matematika yang aktif di ruang kelas, didalam
pembelajaran ini banyak aktivitas yang dapat melibatkan siswa untuk melakukan
sesuatu secara aktif berkaitan dengan apa yang ingin dicapai dalam pelajaran
itu.
Aktivitas
yang dilakukan dalam matematika antara lain: berhitung, bermain, menggambar,
menjelaskan, mengukur, mendesain, menempatkan obyek dan lain-lain.
Aktivitas-aktivitas
yang melibatkan siswa dalam proses belajar tersebut mempunyai beberapa manfaat
sebagai berikut:
1.
Mengubah
perilaku siswa dari negatif menjadi positif.
2.
Membantu
siswa lebih memahami, pasti suatu saat ketrampilan matematis ilmunya akan
berguna bagi masa depannya.
3.
Memberi
siswa pengalaman belajar yang menyenangkan.
4.
Memperpanjang
waktu tinggal suatu hal di memorinya
5.
Memperbaiki
hasil (Ujian Nasional).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode/strategi
apapun yang diberikan kepada siswa jika tidak dibarengi dengan motivasi tidak
akan berarti apa-apa, karena jika siswa tidak termotivasi dengan
metode/strategi pembelajaran tersebut siswa tidak akan mengikuti apa yang
diinstruksikan guru dan kalaupun mereka mau mengikuti intruksi hal ini karena
keterpaksaan belaka, jadi bagi pendidik jangan segan-segan untuk memberi
motivasi kepada siswa karena motivasi dapat membangkitkan semangat siswa untuk
belajar. Motivasi sebagai pembangkit belajar siswa yang efektif karena keingintahuan dan
keyakinan dari dalam diri siswa tersebut. Setiap siswa memiliki rasa ingin
tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan diluar kebiasaan atau tugas
yang menantang disertai penguatan bahwa siswa mampu melakukannya.
Pendekatan pembelajaran
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna.
Melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak
hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana
memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dihubungkan dengan tujuan
pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang
cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang
bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi luhur, maka
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini merupakan pendekatan
yang sangat cocok dikembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar