Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Implementasi Pembelajaran”. Makalah
ini berisikan tentang informasi bagaimana impelemntasi dalam pembelajaran baik
yang berbasis perbedaan individu maupun yang berbasis lingkungan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Samarinda, 14 Oktober 2014
Tim Penyusun
BAB I
1.1
Latar Belakang
Implementasi pembelajaran merupakan suatu penerapan pembelajaran
yang dilakukan dilingkungan persekolahan, selain mengenai lingkungan, dalam
suatu kegiatan belajar mengajar guru juga harus mengetahui perbedaan-perbedaan
individual setiap siswanya. Karena dewasa ini guru hanya sebatas mengajar atau
menyampaikan informasi tentang suatu pengetahuan tanpa proses mendidik siswa
yakni memahami mulai dari perbedaan diri setiap siswa sampai
kesulitan-kesulitan siswa dalam menerima pelajaran hingga perubahan sikap siswa
dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud implementasi
pembelajaran?
2. Bagaimana pembelajaran berbasis perbedaan
individual?
3. Bagaimana pembelajaran berbasis lingkungan?
1.3
Tujuan Pembuatan Makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud implementasi pembelajaran.
2. Mengetahui apa yang dimaksud pembelajaran berbasis individual.
3. Mengetahui apa yang dimaksud pembelajaran berbasis lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Implementasi Pembelajaran
Fullan (1982) dalam Miller and
Seller (1985) menyebutkan bahwa pengertian implementasi pembelajaran adalah
suatu proses peletakan ke dalam praktek tentang suatu ide, program atau
seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharapkan perubahan.
Dalam proses ini perubahan dalam praktek sebagai bagian kegiatan guru-siswa
yang akan berpengaruh pada lulusan. Sedangkan Saylor and Alexander (1974) dalam
Miller and Seller (1985) memandang bahwa proses pengajaran (pembelajaran)
sebagai implementasi: “pembelajaran merupakan implementasi dari rencana
kurikulum, biasanya, tidak harus, melibatkan pengajaran dalam artian interaksi
antara guru dan siswa dalam suatu lingkungan sekolah”. Lebih lanjut Hamalik
(2006) menyatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi konsep kurikulum
yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual ke dalam kegiatan
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran adalah menerapkan rencana
kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi siswa
dengan guru dalam konteks persekolahan. Konteks persekolahan ini mengandung
maksud pembelajaran yang dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
2.1.1 Pembelajaran
Berbasis Perbedaan Individual
Program Pembelajaran Individual yang disingkat PPI, merupakan
“terjemahan” dari Indivualized Educational Program, yang berarti Program
Pendidikan Invidual. Antara “pendidikan” dan “pembelajaran”. terdapat pebedaan
makna yang signifikan. Pembelajaran berasal dari kata “instruction”, sedangkan
pendidikan berasal dari kata “education”. Proses pembelajaran ada dalam sistem
persekolahan (schooling system), sedangkan proses pendidikan ada dalam sistem
yang lebih luas, yaitu ada dalam perikehidupan manusia. Dalam makalah ini, PPI
merupakan kepanjangan dari program pembelajaran individual yang lebih
difokuskan pada proses pembelajaran yang terjadi didalam setting persekolahan.
PPI, lahir dan dikembangkan bukan karena adanya pendidikan inklusif, tetapi PPI merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus yang bersifat heterogen baik dalam hal jenis maupun kemampuannya. Dengan program pembelajaran yang diindividualisasikan ini, memungkinkan anak berkebutuhan khusus dapat terlayani secara optimal.
PPI, lahir dan dikembangkan bukan karena adanya pendidikan inklusif, tetapi PPI merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus yang bersifat heterogen baik dalam hal jenis maupun kemampuannya. Dengan program pembelajaran yang diindividualisasikan ini, memungkinkan anak berkebutuhan khusus dapat terlayani secara optimal.
Program Pembelajaran Individual di Indonesia sebenarnya bukan barang
baru karena bentuk layanan ini pernah diperkenalkan melalui lokarkarya nasional
yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
bekerjasama dengan UNESCO pada tanggal 21-30 Oktober 1992 di Jakarta.
Peserta lokakarya adalah semua Kepala Bidang SD pada semua Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (depdiknas, sekarang ini) dari 27 propinsi di Indonesia.
Peserta lokakarya adalah semua Kepala Bidang SD pada semua Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (depdiknas, sekarang ini) dari 27 propinsi di Indonesia.
Meskipun upaya pengenalan bentuk layanan ini sudah 13 tahun yang
lalu disosialisasikan, sampai sekarang hasilnya belum seperti yang kita
diharapkan.
Masih banyak para guru dan pengelola pendidikan yang belum memahami apa itu PPI, mengapa diperlukan dalam pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus, dan bagaimana pula menyusunnya? Ketiga hal ini yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai upaya untuk menggalang pemahaman, perluasan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun PPI.
Masih banyak para guru dan pengelola pendidikan yang belum memahami apa itu PPI, mengapa diperlukan dalam pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus, dan bagaimana pula menyusunnya? Ketiga hal ini yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai upaya untuk menggalang pemahaman, perluasan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun PPI.
a). Program Pembelajaran Individual
PPI merupakan rumusan program pembelajaran yang disusun dan
dikembangkan menjadi suatu program yang didasarkan atas hasil asesmen terhadap
kemampuan individu anak. Oleh karena itu sebelum seorang guru merumuskan
program pembelajaran individual terlebih dahulu harus melakukan asesmen. Ini
mutlak dilakukan, karena dengan melakukan asesmen guru dapat mengungkap kelebihan
dan kekurangan anak.
Sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang harus dikuasai guru agar
dapat meberikan layanan pada anak berkebutuhan khusus secara professional,
yaitu: memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam: (1) mengasesmen kemampuan
akademik, dan non akademik, (2) Merumuskan Program Pembelajaran Individual, dan
(3) melaksanakan pembelajaran.yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.
Ketiga pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai guru tersebut tidak
dibahas semuanya, hanya yang terkait dengan PPI saja yang dibahas dalam tulisan
ini.
b). Mengasesmen Kemampuan Anak
Ada enam langkah yang dilakukan dalam melaksanakan
kegiatan asesmen, yaitu :
1). Mendapatkan
anak (kasus).
Tidak semua orang tahu layanan yang harus
diberikan kepada anaknya, demikian juga problema yang dihadapi anak mereka.
Melalui pengamatan yang teliti pada semua aspek perilaku belajar anak, pada
akhirnya guru dapat menemukan aspek prilaku anak yang perlu segera mendapatkan
layanan.
2). Mengembangkan
Screening.
Mengembangkan screening dimaksudkan untuk
mengetahui banyak tentang perkembangan anak dan masalah-masalah yang potensial
dapat mengganggu perkembangan anak.
3). Melaksanakan
Diagnosis
Diagnosis merupakan kegiatan evaluative
yang intensif terhadap kasus, yang dilakukan melalui observasi, wawancara tes,
dan sebagainya. Melalui diagnosis ini dapat ditemukan kelemahan dan kekuatan
kasus sehingga berdasar pada hasil ini dapat ditentukan layanan pendidikan yang
lebih sesuai.
4). Merencanakan
Program Layanan Individual
Jika berdasarkan hasil diagnosis
menunjukkan bahwa anak perlu diberikan layanan dini maka segera disusun dan
direncanakan program layanan individual.
5). Melaksanakan
Program Monitoring.
Program monitoring yang dilaksanakan
secara berkala dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan program intervensi yang
telah direncanakan.
6). Melaksanakan
Evaluasi
Evaluasi yang
dilakukan secara komprehensif terhadap setiap langkah asesmen, dapat memberikan
gambaran terhadap keefektifan program intervensi yang telah dirancang dan
dilaksanakan. Kemungkinan juga melalui kegiatan evaluasi ini, intervensi yang
telah diprogram diganti ataupun dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.
c). Merumuskan Program Pembelajaran Individual
Dalam rumusan
program pembelajaran individual, hendaknya memuat sekurang-kurangnya 5 (lima)
aspek.
1.
Taraf kemampuan anak saat ini ( diperoleh dari hasil asesmen
), mendeskripsikan kelebihan, kekurangan dan aspek yang dibutuhkan anak.
2.
Rumusan tujuan umum ( goals ) yang akan dicapai dalam satu
tahun dan dijabarkan lebih rinci pada rumusan tujuan yang bersifat khusus (
objectives ).
3.
Metode atau cara yang dipergunakan untuk mengembangkan
kemampuan anak.
4.
Proyeksi tentang kapan kegiatan dimulai dan waktu yang
dipergunakan untuk memberikan layanan.
5.
Prosedur evaluasi apa yang dipergunakan untuk mengukur
keberhasilan ataupun kegagalan dalam memberikan layanan pada anak.
Menurut Kitano dan Kirby
(1986) dalam Mulyono Abdurrahman (2005) ada lima langkah dalam merumuskan
program pembelajaran individual :
1. Membentuk tim PPI,
tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru bidang studi, kepala sekolah,
guru GPK, orang tua atau tenaga ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi
anak. Tim PPI ini bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama.
2. Menilai kekuatan, kelemahan, minat dan
kebutuhan anak.
3. Mengembangkan
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
4. Merancang metode
dan prosedur pencapaian tujuan, dan
5. Menentukan metode
evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan kemajuan anak.
Dengan menggunakan
model pembelajaran individu anak didik secara individu mempelajari materi
lingkungan tanpa tatap muka dengan guru, dan hasilnya menunjukkan bahwa
pemahaman anak didik meningkat. Apabila dalam mempelajari suatu materi pada
perkuliahan dapat menjadikan anak didik tertarik pada materi yang diajarkan,
maka diharapkan anak didik dapat menyukai pada materinya. Pada akhirnya dapat
menyadarkan anak didik bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata merupakan
pengetahuan yang memperkaya cakrawala pandangannya. Setelah dilakukan
wawancara, ternyata anak didik yang memperoleh skor tes akhir lebih rendah dari
tes awal, tidak berminat mengikuti perkuliahan dengan cara pembelajaran
individu. Memperhatikan hasil tersebut, nampaknya sekalipun model pembelajaran
individu dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan anak didik pada materi
lingkungan, namun tatap muka dengan guru masih tetap diperlukan. Dengan
demikian pada pelaksanaannya selama satu semester sebaiknya dilakukan dua kali
tatap muka, selebihnya anak didik mempelajari materi secara individu.
d). Faktor Perbedaan Individu.
Meskipun
prinsip-prinsip dasar pembelajaran, motivasi dan instruksi efeksi berpengaruh
pada semua siswa (termasuk suku, ras, kemampuan, fisik dan agama serta status
sosial), siswa memiliki perbedaan kemampuan dalam model dan strategi
pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini merupakan pengaruh dari lingkungan, apa
yang dipelajari dan dikomunikasikan dalam budaya dan kelompok sosial yang
berbeda.
Keyakinan personal, pemikiran dan pemahaman berasal dari pembelajaran dan interpretasi sebelumya, hal in dapat menjadi dasar individual dalam pembentukan realitas pengalaman hidup.
Keyakinan personal, pemikiran dan pemahaman berasal dari pembelajaran dan interpretasi sebelumya, hal in dapat menjadi dasar individual dalam pembentukan realitas pengalaman hidup.
e). Model
Pembelajaran Individual
Pembelajaran di
mana komponen-komponen dalam sistem pembelajaran disesuaikan dengan perbedaan
individual, baik perbedaan individual secara vertikal maupun perbedaan
individual secara horisontal, siswa bebas belajar sesuai dengan karakteristiknya,
bakat, dan minatnya.
Model pembelajaran
yang memperhatikan perbedaan individual. Adapun pembelajaran individual
mempunyai beberapa ciri :
1. Siswa belajar
secara tuntas.
2. Setiap unit yang
dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
3. Keberhasilan siswa
diukur berdasarkan pada system yang mutlak.
4. Siswa belajar
sesuai dengan kecepatannya masing-masing.
Salah satu model
pembelajaran individual yang sangat populer adalah modul. Modul adalah suatu
paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang dapat
dipelajari oleh siswa sendiri.
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Pengajaran
berdasarkan alam sekitar akan membantu anak didik untuk menyesuaikan dirinya
dengan keadaan sekitarnya. Ovide Decroly dikenal dengan teorinya, bahwa sekolah
adalah dari kehidupan dan untuk kehidupan (Ecole pour la vie par lavie).
Dikemukakan bahwa bawalah kehidupan ke dalam sekolah agar kelak anak didik
dapat hidup di masyarakat.
Ada dua istilah
yang sangat erat kaitannya, tetapi berbeda secara gradual, ialah alam sekitar
dan lingkungan. Alam sekitar mencakup segala hal yang ada di sekitar kita, baik
yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik yang masa silam maupun yang akan
datang, tidak terikat pada waktu dan tempat. Lingkungan adalah sesuatu yang ada
di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan (environment)
sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah
laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar/
pembelajaran/ pendidikan terdiri dari berikut ini:
1.
Lingkungan sosial adalah masyarakat, baik kelompok besar
ataupun kecil
2.
Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu
pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya
3.
Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang
dapat diberdayakan sebagai sumber belajar
4.
Lingkungan kultural, mencakup hasil budaya dan teknologi
yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, dan dapat dijadikan faktor
pendukung pengajaran (Oemar Hamalik, 2003 : 194-195).
Ø Fungsi lingkungan
pendidikan
Suatu
lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.
Fungsi Psikologis: stimulus
bersumber dari atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap
individu sehingga terjadi respons yang menunjukkan tingkah laku tertentu.
Respons tadi pada gilirannya dapat menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan
respons baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan mengandung makna dan
melaksanakan fungsi psikologi tertentu;
- Fungsi pedagogis: lingkungan memberikan
pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang
sengaja diciptakan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga,
sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial. Masing-masing lembaga
tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak
tertulis.
- Fungsi Instruksional: program instruksional
merupakan suatu lingkungan pengajaran pengajaran atau pembelajaran yang
dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan
prasarana pengajaran, media pembelajaran dan kondisi lingkungan kelas
(fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa. (Oemar Hamalik, 2003 : 196-197)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
ü
Implementasi pembelajaran adalah menerapkan rencana kurikulum (program)
dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi siswa dengan guru dalam konteks
persekolahan. Konteks persekolahan ini mengandung maksud pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
ü
Pembelajaran Berbasis Perbedaan
Individual
Merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak
berkebutuhan khusus yang bersifat heterogen baik dalam hal jenis maupun
kemampuannya. Dengan program pembelajaran yang diindividualisasikan ini,
memungkinkan anak berkebutuhan khusus dapat terlayani secara optimal
a). Program
Pembelajaran Individual
Merupakan salah
satu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus yang bersifat
heterogen baik dalam hal jenis maupun kemampuannya. Dengan program pembelajaran
yang diindividualisasikan ini
b). Mengasesmen
Kemampuan Anak
c). Merumuskan
Program Pembelajaran Individual
d). Faktor
Perbedaan Individu.
e). Model
Pembelajaran Individual
ü
Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Lingkungan (environment)
sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah
laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.
3.2
Saran
Sebagai calon guru kita harus tahu dan faham apa itu yang dimaksud
dengan PPI atau (Program Pembelajaran Individual) dan sebelum seorang guru
merumuskan program pembelajaran individual terlebih dahulu harus melakukan
asesmen. Ini mutlak dilakukan, karena dengan melakukan asesmen guru dapat
mengungkap kelebihan dan kekurangan anak. Sehingga pada saat guru melaksanakan
kegiatan belajar mengajar siswa yang memiliki perbedaan dengan siswa lainnya
tidak merasa didiskriminasi atau dikucilkan karena guru dapat memahami siswa
tersebut. Dan pada akhirnya, kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dan semua siswa dapat menerima pelajaran dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
www.kajianpustaka.com/2012/10/pengajaran-berbasis-lingkungan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar