Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Implikasi Proses Belajar Anak terhadap Proses Belajar Mengajar”. Makalah ini
berisikan tentang informasi bagaimana implikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Samarinda, 18 Mei 2014
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul…………………………………………………………………………. i
Kata
Pengantar………………………………………………………………………… ii
Daftar
Isi………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………. 2
1.3
Tujuan Pembuatan Makalah………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Implikasi faktorintelektual terhadap penyelenggaraan pendidikan……….. 3
2.2
Implikasi faktor fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan…………….. 4
2.3
Implikasi faktor emosional terhadap penyelenggraan pendidikan……….. 5
2.4.Implikasi
faktor social-kultural terhadap penyelenggaraan pendidikan….. 5
2.5
Implikasi faktor bakat khusus terhadap penyelenggaraan pendidikan……. 7
2.6
Implikasi faktor komunikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan…….. 7
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan………………………………………………………………… 10
3.2
Saran…………………………………………………………………….. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada proses belajar anak
dalam pengembangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), pembentukan dan peningkatan
tidak hanya diorientasikan pada satu aspek individu saja, melainkan seluruh
aspek individu. Dalam hal ini, biasanya yang dikembangkan yaitu kurikulumnya.
Kurikulum yang dikembangkan diharapkan untuk memberi kemungkinan yang seluas –
luasnya dalam pengembangan beberapa aspek seperti pengembangan fisik, emosi,
sosial dan kognitif. Dalam pengembangan kurikulum, hal terpenting yang juga
harus tetap diperhatikan yaitu kesesuaian antara isi kurikulum usia dan tingkat
kemampuan anak.
Dalam mengimplementasikan
dan mengembangkan kurikulum, dalam proses pembelajaran di kelas guru harus
dapat memanfaatkan hasil pengamatannya terhadap anak didik dan mencatat
kemampuan anak didik yang berbeda – beda. Hal ini sangat penting, karena
informasi yang demikian sangat dibutuhkan ketika seorang guru menyusun rencana
pembelajaran yang tentunya sesuai dengan kemampuan anak didiknya. Dengan
demikian, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
Pengembangan anak
memerlukan kebutuhan yang tidak hanya dibatasi paa aspek akademik saja,melainkan
aspek sosial dan emosional. Hal ini mendorong guru untuk menjadikan belajar
sebagai proses interaktif. Maksudnya, anak didik tidak hanya dibatasi kontak
dengan teman, orang dewasa, tetapi dengan lingkungan sosial dan fisik secara
luas. Kondisi dan situasi seperti itu akan mendorong siswa lebih melibatkan
semua aspek yang ada dalam dirinya secara keseluruhan dalam interaksi sosial
dan memecahkan suatu permasalahan.
Dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, bidang – bidang studi yang dikembangkan juga harus
sesuai dengan tingkat perkembangan seluruh aspek individu serta kehidupan anak,
khususnya latar belakang sosial dan ekonominya. Perlu kita sadari di
Indonesiaa, macam – macam perbedaan yang terdapat pada diri anak merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu oleh karena itu guru
harus mampu menyatukan perbedaan – perbedaan tersebut agar pembelajaran
berjalan secara relevan, menyenangkan dan mencapai keberhasilan.
Pada siswa SD, guru
hendaknya terus – menerus melakukan pemantauan secara langsung baik di dalam
maupun di luar kelas. Hasil pengamatan tersebut sangat bermanfaat bagi
pengembangan program belajar yang pada akhirnya dapat memaksimalkan proses
pembelajaran. Selain itu kehadiran guru di dalam kelas hendaknya tidak
menekankan perannya sebagai satu – satunya pihak yang berkuasa di kelas,
apalagi kalau guru bersifat otoriteruntuk itulah guru diharapkan dapat memposisikan
dirinya sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan belajar.
Kesempatan yang luas
juga hendaknya diberikan kepada anak didik untuk memilih kegiatan dan materi
serta fasilitas yang tersedia agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang
efektif. Kegiatan yang diciptakan juga hendaknya melibatkan seluruh aspek
mental, fisik, sosial, dan moral siswa. Dengan demikian, hendaknya siap
menyediakan materi yang kaya akan variasi kegiatannya.
Ada beberapa model
pembelajaran yang dapat dipilih dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran.
Sebenarnya tidak ada satu – satumya model pembelajaran yang sangat efektif
dapat dipilih untuk semua jenis pembelajaran. Karena pada praktek yang
dilakukan, model itu bersifat kontekstual. Namun dengan tidak melupakan tujuan
pendidikan nasional yang dapat membentuk manusia seutuhnya, maka hendaknya
memilih model pembelajaran yang benar – benar mengarah pada pengakuan
keberadaan individu sebagai manusia utuh dan arah peningkatannya tidak dibatasi
pada satu aspek individu saja, tetapi keseluruhan semua aspek individu.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana implikasi faktor intelektual terhadap penyelenggaraan
pendidikan ?
2.
Bagaimana implikasi fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan ?
3.
Bagaimana implikasi faktor emosional terhadap penyelenggaraan
pendidikan ?
4.
Bagaimana implikasi faktor social-kultural terhadap
penyelenggaraan pendidikan ?
5.
Bagaimana implikasi faktor bakat khusus terhadap penyelenggaraan
pendidikan ?
6.
Bagaimana implikasi faktor komunikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan ?
1.3
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
mengetahui bagaimana implikasi faktor intelektual terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
2.
Mengetahui bagaimana implikasi fisik terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
3.
Mengetahui bagaimana implikasi faktor emosional terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
4.
Mengetahui bagaimana implikais faktor social-kultural terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
5.
Mengetahui implikasi faktor bakat khusus terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
6.
Mengetahui bagaimana faktor komunikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Faktor
Intelektual terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi
pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting adalah bahwa potensi
setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan
dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan
(1994) mengemukakan bahwa dua kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan
psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila :
1.
Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa
syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya serta memberi kepercayaan
padanya bahwa Ia baik dan mampu
2.
Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa
dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan
sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Memang
kenyataannya pemberi nilai tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah,
tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak bersifat atau
mempunyai dampak mengancam.
3.
Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami
pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam
situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak. Dalam suasana ini anak akan
merasa aman untuk mengungkapkan ide-idenya.
Peserta didik akan
merasakan kebebasan psikologis jika pendidik memberi kesempatan pada peserta
didik untuk mengungkapkan pikiran atau perasannya. Sebagai makhluk social,
mengungkakan pikiran dan perasaandalam tindakan yang merugikan orang lain atau
merugikan lingkungan tidak lah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut
seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dan norma yang berlaku.
Teori Piaget mengenai
perkembangan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta
perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan bahwa aktivitas adalah sebagai
unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif
cenderung utnuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar
yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai
konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk di dalamnya
perkembangan intelektual.
Penting bagi pendidik
untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap / taraf perkembangan
kognitif Piaget sehingga bias diketahui bagaiman agar bias dihasilkan peserta
didik yang memahami benar-benar pengalaman belajar yang diterimanya.
Mencocokkan system
pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan
prinsip lama yaitu : guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri,
kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang tidak demikian halnya.
Model pendidikan yang
aktif adalah model yang tidak mengganggu sampai peserta didik siap sendiri.
Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga
dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi.
Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses
pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk
maj ke tahap/taraf berikutnya.
Sekolah sebagai lembaga
formal diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak (peserta
didik), termasuk perkembangan intelektual. Dalam hal ini pendidik hendaknya
menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak terletak di
tangannya. Beberapa cara yang dilakukan antara lain :
1.
Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta
didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut secara psikologis peserta didik akan
merasa aman. Sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan
dengan guru/pendidik.
2.
Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog
dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa
peserta didik ke objek-objek tertentu seperti objek budaya, ilmu pengetahuan,
dan yang sejenis lebih menunjang perkembangan intelektual peserta didik.
3.
Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik
melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan, gizi yang cukup, sangat penting
bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab peserta didik terganggu secara
fisik maka perkembangan intelektualnya juga akan terganggu.
4.
Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui media
massa dan media cetak maupun menyediakan
situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan
ide-idenya, sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta
didik.
2.2 Implikasi Faktor
Fisik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Pertumbuhan fisik
peserta didik pada usia sekolah menengah pada umumnya sangat pesat dan cepat.
Baik remaja pria maupun wanita dalam masa ini pertumbuhan fisik umumnya lebih
mengarah ke memanjang daripada melebar. Sering pula terjadi pertumbuhan anggota
badan yang tidak berimbang yang dapat mengakibatkan mereka mengalami ketidak
seimbangan atau ketidakharmonisan gerak.
Sampai batas-batas
tertentu, percepatan pertumbuhan fisik dapat dibantu dengan berbagai usaha
antara lain :
1.
Menjaga kesehatan badan
Kebiasaan hidup sehat,
hidup bersih dan olahraga yang teratur akan dapat membantu menjaga kesehatan
badan. Namun bila ternyata masih juga terkena penyakit haruslah diupayakan agar
lekas sembuh. Hal itu disebabkan besar pengaruhnya kesehatan fisik terhadap pertumbuhan
fisik itu sendiri. Jika badan sehat maka pertumbuhan akan lancar.
2.
Memberi makanan yang baik
Makanan yang baik adalah
makanan yang banyak mengandung gizi, segar dan sehat (tidak busuk), dan tidak
tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruk makanan yang dimakan oleh anak
akan menentukan pula kecepatan pertumbuhan fisik.
Pada remaja memerlukan
pertumbuhan fisik yang cepat. Oleh karena itu memerlukan zat-zat pembangun yang
terdapat dalam makanan. Maka biasanya remaja itu banyak-banyak makan. Bila
makanan yang dimakan itu cukup mengandung gizi maka kebutuhan zat pembangun
bias terpenuhi sehingga pertumbuhan menjadi lancar. Tetapi jika zat pembangun
itu tidak terpenuhi maka pertumbuhan akan menjadi terhambat dan akibatnya
pertumbuhan kurang lancar.
Dalam penyelenggaraan
pendidikan perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan smapai
menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya tempat duduk yang kurang
sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu smepit yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup
penting. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat, adanya jam-jam
olaharaga bagi peserta didik diluar jam pelajaran. Misalnya : melalui kegiatan
ekstrakulikuler, kelompok olahraga, bela diri, dan sejenisnya.
2.3 Implikasi Faktor
Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan emosi peserta didik
sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor : perubahan jasmani, perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman,
perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dlam hubungannya dengan
sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sanagt
dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi
remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai, orang tua dan
pendidik harus bersikap tenang bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang
tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun
ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak
terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tuntutan terhadap remaja harus disesuaikan
dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan
jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin dilakukan.
2.4 Implikasi Faktor Sosial-Kultural
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang
tumbuh dan berkembang biak secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik
fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi
sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya
pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tua dan mengarahkan
perhatiannya pada lingkungan diluar keluarganya untuk bergabung dengan teman
sekebudayaannya. Guru dan sebagainya. Lingkungan teman memegang peranan dalam
kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil perannya
dalam rangka mengembangkan hubungan social peserta didik. Jika dalam hal ini
guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang
kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap
social atau hubungan social anak akan sulit dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu
berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan social
peserta didik.
1. Sekolah harus merupakan dasar untuk
perkembangan keribadian anak didik. Guru harus bias merangkap sebagai pemimpin.
Guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat
anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru
kepadanya dirasa tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya sekedar “to teach :
mengajar” tetapi harus juga sebagai “to educate: mendidik: yaitu membina para
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab “pancasilais”.
Untuk keperluan itu maka syarat yang harus dipenuh oleh seorang guru adalah :
professional, personal, morality, religiousity, dan formality (Amatembun :
1973). Tiga syarat dari lima syarat tersebut sangatlah penting untuk mendukung
perkembangan hubungan social peserta didik. Yaitu : syarat personal, morality,
dan religiosity. Syarat personal menghendaki seorang guru harus memiliki
integritas pribadi, syarat morality menghendaki seorang guru menganut agama
yang diyakini kebenarannya secara konsekuen.
2. Saling menghargai merupakan kunci
yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam
hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun ( asal masih dalam kategori normal ). Sebagai
guru harus dapat melihat dengan jelas bahwa setiap anak adalah makhluk
manusiawi yang bermartabat, yang harus dihargai sepenuhnya. Hanya dengan cara
demikian dapat dibangun suatu landasan yang mengandung rasa pengertian, tempat
guru dan peserta didik bekerjasama dengan efektif sebagai partner.
3. Pola pengajaran yang demokratis
merupakan alternative yang sangat bermanfaat bagi guru. Atas dasar prinsip
demokratis, disusun suatu rumusan untuk membimbing peserta didik dalam kelompok
kelas. Kebebasan yang demokratis bukan berarti kebebasan tanpa pengendalian.
Rasa tanggung jawab tidak dihapuskan, tetapi dilimpahkan keapda setiap anak
selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian antara guru dan
anak, akan terjadi hubungan yang akrab sehingga hubungan social dapat
berkembnag secara efektif.
Tidak kalah pentingnya, dalam upaya
pengembangan hubungan social peserta didik ini adalah peran masyarakat.
Variasi-variasi dalam perkembangan dapat terjadi dalam segala macam hubungan dan pengalaman, termasuk variasi
kebudayaan dan social yang ada dalam suatu masyarakat. Tiap kebudayaan, lapisan
social, kelompok agama dan sebagainya memiliki nilai-nilai tersendiri yang
sudah barang pasti snagat berengaruh terhadap para anggotanya. Merupakan tugas
masyarakat untuk menekan tingkah laku yang tidak wajar dalam pandangan umum dan
sebaliknya mengembangkan tingkah laku yang positif, termasuk hubungan social
remaja. Masyarakat harus memberikan wadah bagi remaja untuk mengembangkan
hubungan social antara lain melalui : karang taruna, sanggar seni dan tari,
persatuan remaja masjid dan sebagainya.
Pada akhirnya, antara ketiga pusat
pendidikan tersebut diatas harus saling bekerja sama sebaik-baiknya, mengingat
perkembangan anak dimulai dari keluarga, diteruskan dilingkungan sekolah dan
berakhir dalam lingkungan masyarakat luas.
2.5 Implikasi Faktor Bakat Khusus
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu
“performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih
memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada
masa yang akan dating (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan
pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud
sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang
menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum
maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal dikalangan peserta
didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain :
1. Dikembangkan suatu situasi dan
kondisi yang memberiakn kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan
bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun
fisiologis.
2. Dilakukan usaha penumbuhkembangan
minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan
usaha di kalangan anak remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat oleh semua pihak terkait yang terpadu.
3. Dikembangkan program pendidikan
berdiferansi di lingkungan lembaga pendidikan formal (Sekolah) guna memberikan
pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus
menonjol.
2.6 Implikasi Faktor Komunikasi
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Salah satu tugas guru adalah menyampaikan informasi tentang iptek
kepada peserta didik. Dengan kata lain guru berfungsi sebagai komunikator yang
akan menyampaikan pesan tertentu kepada peserta didik. Konsekuensinya adalah
bahwa guru haruslah benar-benar dapat menempatkan diri sebagai komunikator yang
bias diterima disemua lapisan kemampuan peserta didik yang secara umum dalam
suatu keals terdiri kemampuan tinggi-sedang-rendah.
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaiman
dikemukakan diatas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua
arah antara pendidik dan peseta didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk
menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? beberapa hal
praktis dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Uraian dibawah ini berpijak pada tiga
macam kegiatan dalam pengajaran yang seringkali dilakukan dalam bentuk
pengajaran klasikal seperti yang berlaku disekolah-sekolah di Indonesia pada
umumnya, yaitu kegiatan memberi penjelasan, mengajukan pertanyaan, dan memberi
umpan balik.
1) Memberi Penjelasan
Dalam menyampaikan inforamsi kepada
peserta didik (yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi); hendaknya
:
a) Menentukan hal-hal pokok dan
hubungannya satu sama lainnya.
b) Memberikann penjelasan yang
meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar atau valid dan menghindari
penjelasan-penjelasan yang slaah disengaja ataupun tidak disengaja.
c) Memberi penjelasan secara gamblang
dan sederhana sehingga semua peserta didik dapat menangkap dengan baik.
d) Menghindari berbicara dengan bahasa
yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
e) Menghindari penggunaan kata-kata
ynag tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
f) Memeriksa kembali penjealasan apakah
semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
g) Mengajukan pertanyaan.
2) Mengajukan Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh
pengajar dapat digologngkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi”
dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan
yang menurut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah
pertanyaa yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana. Dan penerapan
pengertian individual yang berupa potensi-potensi psikis seperti minat,
motivasi, dan sebagainya, untuk diaktualisasikan oleh individu dengan bantuan
dari pendidik, pendidik tidak hanya menanti kapan individu bangkit, melainkan
harus berupaya agar potensi-potensi yang ada pada peserta didik dapat
teraktualisasikan secara baik.
3) Dalam Interaksi Sosial
Manusia sejak lahir telah menjadi
anggota kelompok social yang dalam hal ini adalah keluarga. Disini pun manusia
belajar menyesuaikan diri pada nilai-nilai dan norma-norma yang dianut dan
diikuti oleh anggota-anggota kelompok dalam lingkungan keluarga itu. Oleh
karenanya keluarga adalah lembaga social pertama yang dikenal oleh anak dalam
rangkak proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
4) Atas dasar keterikatan dan kewajiban
social para peserta didik terutama orang tua, maka anak senantiasan berusaha
menciptakan lingkungan fisik, lingkungan social, serta lingkungan yang psikis
yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
5) Setelah umur kronologis mencapai
lingungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual,
social, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
6) Kematangan social merupakan landasan
babgi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam
lingkungan social tersebut.
7) Kematanagan emosional melandasi
kematangan social dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah
laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
8) Kematangan jasmani merupakan dasar
yang melandasi semua kematangan sebagaimana yang dimaksudkan di atas.
9) Pendidik yang berkecimpung dalam
pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan
keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
10) Hasil-hasil yang mendasari hidup bermasyarakat
banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak,
yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang
lain.
11) Iklim emosional yang menjiwai
keluarga itu meliputi : hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan
menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
12) Seorang anak dimana anak sekolah
adalah seorang realis hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan
senyatanya atau objektif apa adanya.
13) Pada umumnya anak masa sekolah dan
masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat.
Sedangkan dalam segi rohani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan
berfikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta
ingatan yang kuat.
14) Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian
peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program
pendidikan maupun pengajaran.
15) Karakteristik umum
pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan : kegelisahan,
pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas
berkelompok.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1.
Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa
syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya serta memberi kepercayaan
padanya bahwa Ia baik dan mampu
2.
Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa
dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan
sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Memang
kenyataannya pemberi nilai tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah,
tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak bersifat atau
mempunyai dampak mengancam.
3.
Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami
pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam
situasi anak, dan melihat dari sudut
pandang anak. Dalam suasana ini anak akan merasa aman untuk mengungkapkan ide-idenya.
1.
Menjaga kesehatan badan
Kebiasaan hidup sehat,
hidup bersih dan olahraga yang teratur akan dapat membantu menjaga kesehatan
badan. Namun bila ternyata masih juga terkena penyakit haruslah diupayakan agar
lekas sembuh. Hal itu disebabkan besar pengaruhnya kesehatan fisik terhadap
pertumbuhan fisik itu sendiri. Jika badan sehat maka pertumbuhan akan lancar.
2.
Memberi makanan yang baik
Makanan yang baik adalah
makanan yang banyak mengandung gizi, segar dan sehat (tidak busuk), dan tidak
tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruk makanan yang dimakan oleh anak
akan menentukan pula kecepatan pertumbuhan fisik.
1. Sekolah harus merupakan dasar untuk
perkembangan keribadian anak didik. Guru harus bias merangkap sebagai pemimpin.
Guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat
anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru
kepadanya dirasa tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya sekedar “to teach :
mengajar” tetapi harus juga sebagai “to educate: mendidik: yaitu membina para
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab “pancasilais”.
Untuk keperluan itu maka syarat yang harus dipenuh oleh seorang guru adalah :
professional, personal, morality, religiousity, dan formality (Amatembun :
1973). Tiga syarat dari lima syarat tersebut sangatlah penting untuk mendukung
perkembangan hubungan social peserta didik. Yaitu : syarat personal, morality,
dan religiosity. Syarat personal menghendaki seorang guru harus memiliki
integritas pribadi, syarat morality menghendaki seorang guru menganut agama
yang diyakini kebenarannya secara konsekuen.
2. Saling menghargai merupakan kunci
yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam
hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun ( asal masih dalam kategori normal ). Sebagai
guru harus dapat melihat dengan jelas bahwa setiap anak adalah makhluk
manusiawi yang bermartabat, yang harus dihargai sepenuhnya. Hanya dengan cara
demikian dapat dibangun suatu landasan yang mengandung rasa pengertian, tempat
guru dan peserta didik bekerjasama dengan efektif sebagai partner.
3. Pola pengajaran yang demokratis
merupakan alternative yang sangat bermanfaat bagi guru. Atas dasar prinsip
demokratis, disusun suatu rumusan untuk membimbing peserta didik dalam kelompok
kelas. Kebebasan yang demokratis bukan berarti kebebasan tanpa pengendalian.
Rasa tanggung jawab tidak dihapuskan, tetapi dilimpahkan keapda setiap anak
selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian antara guru dan
anak, akan terjadi hubungan yang akrab sehingga hubungan social dapat
berkembnag secara efektif.
1. Dikembangkan suatu situasi dan
kondisi yang memberiakn kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan
bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun
fisiologis.
2. Dilakukan usaha penumbuhkembangan
minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan
usaha di kalangan anak remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat oleh semua pihak terkait yang terpadu.
3. Dikembangkan program pendidikan
berdiferansi di lingkungan lembaga pendidikan formal (Sekolah) guna memberikan
pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus
menonjol.
3.2 Saran
Sebagai calon guru sudah seharusnya
kita mengerti dan faham tentang bagaimana implikasi faktor-faktor seperti implikasi faktor intelektual, implikasi fisik, emosional,
social-kultural, bakat khusus, dan faktor komunikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Karena tugas kita sebagai guru tidak hanya mengajar kan
pengetahuan-pengetahuan umum dan pengetahuan-pengetahuan lainnya tapi tugas
kita juga sebagai pendidik yaitu mendidik dan mencipatakan karakter, sikap dan
tingkah laku yang baik, sehingga pada saat anak didik kita terjun ke dunia
masyarakat secara langsung Ia dapat menempatkan dirinya dengan baik, dapat
bersosialisasi dengan baik, dan dapat mentaati semua norma-norma yang berlaku
di lingkungan masyarakat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
bahan kuliah program PGSD,
perkembangan peserta didik.
izin copy kaka.....
BalasHapus