KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING)
”.Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah STRATEGI PEMBELAJARAN di
Universitas Mulawarman.
DalamPenulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Samarinda,
18 Oktober 2014
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
1
B. RumusanMasalah
2
C. Tujuan
2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Tuntas ........................................................
3
B. Ciri-ciri
Pembelajaran Tunta .............................................................
3
C. Prinsip-prinsip
Pembelajaran Tuntas ..............................................
4
D. Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Tuntas
5
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
7
B.
Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
8
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar
Belakang Masalah
Salah satu di antara
masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan
adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata
prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih
terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan
peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita
kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata
pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh),
kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah
satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan
belajar secara individual.
Demikian juga proses
pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan
pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran
meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan
secara nasional masih rendah.
Berbicara tentang
rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan
proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti
persoalannya adalah pada masalah “ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf
penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan.
Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut
masa depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Pendekatan pembelajaran
tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi
peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu.
Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu
prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,
berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya
panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang
bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan.
B. Rumusan
Masalah
1. Pengertian
Pembelajaran Tuntas?
2. Ciri-ciri
Pembelajaran Tuntas?
3. Prinsip-prinsip
Pembelajaran Tuntas?
4. Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Tuntas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian pembelajaran tuntas.
2. Untuk
mengetahui ciri dalam pembelajaran tuntas.
3. Untuk
mengetahui Prinsip dalam pembelajaran tuntas.
4. Untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran tuntas.
BAB II
P E M B A H A S A N
A. Pengertian
Pembelajaran Tuntas
Belajar tuntas (Mastery
Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa
seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang
tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan
ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh.
Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan
proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan
dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif
dan efisien.
Tolok ukur yang
digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut adalah
tingkat kemampuan siswa per individu, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan
diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan
materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila
siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka
siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi.
Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan
pada waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama.
Siswa yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya
mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan
kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun
memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas.
Pendekatan dalam proses belajar-mengajar adalah menyertai siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka membantu memahami,
melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan guru sehingga siswa
merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam
suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.
Teknik pendekatan yang
dipilih adalah salah satu cara guru melakukan inovasi dan terobosan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Kegiatan pendekatan terhadap siswa dalam
penelitian tindakan kelas ini diwujudkan dalam partisipasi siswa dan guru dalam
menghadapi tugas-tugas siswa. Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan
mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap
kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan
bertanggung jawab atas keterlibatannya.
Pendekatan belajar
tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan mempunyai efek
meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan
mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat, dan
bakat tadi asal diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai.
B. Ciri-ciri
Pembelajaran Tuntas
Menurut Ahmadi, Abu, dkk. (2005) ada beberapa
ciri belajar tuntas (mastery learning), yaitu :
1. Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi
pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajar.
2. Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran
dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar
siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
3. Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu
yang digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya
4. Tingkat belajar sama dengan ketentuan,
kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
5. Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar
yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.
C. Prinsip-prinsip
Pembelajaran Tuntas
Para pengembang konsep
belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip
sebagai berikut (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005) :
1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan
kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang
diajarkan. Tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga
sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran.
2. Guru menyusun strategi pengajaran tuntas
mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus
yang hendak dikuasai oleh siswa.
3. Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus
tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satua- satuan bahan ajaran yang kecil
yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut.
4. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan
belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan
perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya
peranan umpan balik.
5. Penilaian hasil belajar
tidak menggunakan acuan norma,
tetapi menggunakan acua patokan.
6. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan
adanya perbedaan-perbedaan individual.
Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu,
yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan
pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih
banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan.
D. Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Tuntas
Ø Kelebihan Pembelajaran Tuntas
Menurut Mariana,
Alit Made, (2003:21), menyatakan tiga hal kelebihan pembelajaran tuntas, yaitu:
1. Pembelajaran tuntas lebih efektif daripada pembelajaran
yang tidak menganut paham pembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas
termasuk juga pencapaian siswa dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari)
lebih tahan lama.
2. Efisiensi belajar siswa secara keseluruhan
lebih tinggi pada pembelajaran tuntas daripada pembelajaran yang tidak
menerapkan pembelajaran tuntas. Siswa yang tergolong lambat menguasai standar
kompetensi secara tuntas dapat belajar hampir sama dengan siswa yang mempunyai
kemampuan lebih tinggi.
3. Sikap yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti
pembelajaran tuntas positif, dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak
menganut faham pembelajaran tuntas. Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan
yang besar terhadap suatu materi subyek yang dipelajarinya.
Ø Kelemahan
Pembelajaran Tuntas
Menurut Mariana, Alit
Made, (2003:24) juga menyatakan tentang kelemahan belajar tuntas diantaranya
adalah :
a) Guru-guru yang sudah terlanjur
menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.
b) Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana
yang cukup besar. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih
luas lagi dari standar yang ditetapkan.
c) Diberlakukannya sistem ujian (UAS dan UAN)
yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah
ditetapkan dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian. Dalam pelaksanaan
konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa menggunakan strategi
belajar tuntas, maka guru terlebih dahulu memperkenalkan prosedur belajar
tuntas kepada siswa dengan maksud memberikan motivasi, menumbuhkan kepercayaan
diri, dan memberikan petunjuk awal.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Belajar tuntas (Mastery
Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa
seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang
tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan
ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh.
Pendekatan pembelajaran
tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi
peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu.
B. Saran
Sesuai dari hasil
kesimpulan, maka dapat dipertimbangkan beberapa saran untuk melengkapi
keberhasilan dalam Implementasi mastery learning (belajar
tuntas).
1.
Implementasi dari mastery learning (belajar
tuntas) untuk lebih ditingkatkan dan diharapkan dapat digunakan di semua kelas.
Dengan cara sosialisai metode pembelajaran ini kepada semua guru pengampu kelas
melalui kegiatan seminar dan semacamnya yang tentunya dengan dukungan penuh
dari pihak sekolah.
2. Guru diharapkan hendaknya meningkatkan diri
secara profesional yang diarahkan dalam merencanakan program pembelajaran,
menyajikan program pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang
efektif dan bermutu, penilaian yang sebenarnya dan tindak lanjutnya, sehingga
terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa.
3. Bagi sekolah hendaknya menyediakan alat dan
bahan yang diperlukan secara lengkap agar implementasi mastery learning (belajar
tuntas) dalam pembelajaran berlangsung secara optimal, memenuhi standart
pemenuhan kebutuhan guru dan siswa yang berorientasi pada perubahan atau
peningkatan secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina, Tri, dkk,
Dra, M.Pd. 2004. Psikologi Belajar. Semarang. UPT UNNES Press.
Joyce, B. dan Well, M.
1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall.
Sugandi, Achmad, Drs, M.Pd.
2004. Teori Pembelajaran. Semarang. UPT UNNES Press.
Suharyono, dkk. 1991. Strategi Mengajar
I. Semarang. IKIP Semarang.
Syafii, drs, M.Pd. 2006.
Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa. Semarang. Bahan Ajar Tertulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar